Oleh: Adib Fauzan Dkk. H0712004 Agroteknologi FP UNS
A.
Tumpang sari
Tumpang
sari adalah suatu bentuk pertanaman campuran (polyculture) berupa pelibatan dua
jenis atau lebih tanaman pada satu areal lahan tanam dalam waktu yang bersamaan
atau agak bersamaan. Tumpang sari yang umum dilakukan adalah penanaman dalam
waktu yang hampir bersamaan untuk dua jenis tanaman budidaya yang berbeda. Dalam pengamatan ini petani menggunakan
sistem tumpang sari untuk menanam terung dan kangkung.
B.
Penanaman Terung (Solanum
mengolena)
Terung (Solanum melongena) merupakan tanaman setahun berjenis
perdu yang dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 60-90 cm. Daun tanaman ini lebar
dan berbentuk telinga. Bunganya berwarna ungu dan merupakan bunga yang
sempurna, biasanya terpisah dan terbentuk dalam tandan bunga. Buah terung sudah
sangat dikenal masyarakat dan banyak digunakan sebagai lalap (sayuran segar)
atau disayur. Hal ini disebabkan oleh rasa buah terung yang enak dan banyak
mengandung vitamin.
Klasifikasi
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan
berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping
dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae (suku
terung-terungan)
Genus : Solanum
Spesies : Solanum melongena L.
1.
Penanaman
Lahan penanaman disiapkan dan diolah terlebih dahulu,
kemudian di bentuk bedengan. Bedengan dibuat selebar antara 1,2 1,4 cm dan
panjang sesuai lahan. Kemudian bedengan dibuatkan lubang tanam masing-masing
berjarak sekitar 60 cm. Jarak antar barisan
lubang tanam 70-80 cm. Setiap bedengan memuat dua barisan tanaman. Di antara
bedengan, haruslah dibuat parit yang berfungsi sebagai jalan dan pembuangan air
saat musim hujan. Hal ini penting dilakukan karena terung tidak tahan genangan
air. Selanjutnya setiap lubang tanam diberi pupuk kandang atau kompos sebanyak
0,5-1 kg agar tanah cukup mengandung bahan organik. Setelah lahan disiapkan,
sebaiknya bibit yang telah siap tanam dimasukkan secara tegak lurus ke dalam
lubang tanam. Kemudian di sekitar lubang tanam disirami air agar tanah cukup
lembap, tetapi tidak sampai tergenang.
2. Pemeliharaan
Setelah tanam, penyiraman dilakukan kembali setiap 3 hari sekali hingga saat berbunga. Ketika masa berbunga, penyiraman dilakukan 2 hari sekali. Namun, apabila penanaman dilakukan pada daerah kering, maka penyiraman dapat dilakukan lebih sering agar tanaman tidak layu kekeringan. Pemupukan pada terung dilakukan tiga kali, yaitu sebagai pupuk dasar, susulan I, dan susulan II. Pupuk dasar diberikan saat tanah mulai diolah, pupuk susulan I diberikan 7 -14 hari sesudah tanam, dan pupuk susulan II diberikan saat tanaman mulai berbunga. Dosis pemupukan bervariasi untuk setiap jenis terung dan jenis tanahnya, lihat pada Tabel berikut.
Setelah tanam, penyiraman dilakukan kembali setiap 3 hari sekali hingga saat berbunga. Ketika masa berbunga, penyiraman dilakukan 2 hari sekali. Namun, apabila penanaman dilakukan pada daerah kering, maka penyiraman dapat dilakukan lebih sering agar tanaman tidak layu kekeringan. Pemupukan pada terung dilakukan tiga kali, yaitu sebagai pupuk dasar, susulan I, dan susulan II. Pupuk dasar diberikan saat tanah mulai diolah, pupuk susulan I diberikan 7 -14 hari sesudah tanam, dan pupuk susulan II diberikan saat tanaman mulai berbunga. Dosis pemupukan bervariasi untuk setiap jenis terung dan jenis tanahnya, lihat pada Tabel berikut.
3. Waktu dan
dosis pemupukan
Nomor Jenis pupuk Total Pupuk Dasar Pupuk susulan I II 1.
Pupuk kandang 15 ton 15 ton 2. Urea 300 kg 100 kg 100 kg 100 kg 3. TSP 200 kg
200 kg 4. KCI 200 kg 200 kg Sumber : Rush Hukum, kk.,1990. Pemeliharaan
selanjutnya seperti penyiangan dan pendangiran dilakukan bersamaan dengan
pemberian pupuk susulan. Namun, bila dirasa perlu, penyiangan dan pendangiran
dapat dilakukan lebih sering. Tanaman terung memerlukan penyangga agar cabang
lateralnya tidak raboh terkena angin atau hujan. Ajir dapat dibuat dari bambu atau
kawat setinggi 60-90 cm.
C.
Penanaman Kangkung
Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.),
juga dikenal sebagai Ipomoea
reptans Poir1. merupakan
sejenis tumbuhan yang termasuk jenis sayur-sayuran dan
di tanam sebagai makanan. Kangkung banyak dijual di pasar-pasar. Kangkung
banyak terdapat di kawasan Asia dan merupakan tumbuhan yang dapat
dijumpai hampir di mana-mana terutama di kawasan berair.
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super
Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan
biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan
berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua
/ dikotil)
Sub
Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Convolvulaceae (suku
kangkung-kangkungan)
Genus : Ipomoea
Spesies:
Ipomoea reptana Poir.
1.
PersiapanLahan
Lahan terlebih dahulu dicangkul sedalam 20-30 cm supaya gembur, setelah itu dibuat bedengan membujur dari Barat ke Timur agar mendapatkan cahaya penuh. Lebar bedengan sebaiknya adalah 100 cm, tinggi 30 cm dan panjang sesuai kondisi lahan. Jarak antar bedengan + 30 cm. Lahan yang asam (pH rendah) lakukan pengapuran dengan kapur kalsit atau dolomit.
Lahan terlebih dahulu dicangkul sedalam 20-30 cm supaya gembur, setelah itu dibuat bedengan membujur dari Barat ke Timur agar mendapatkan cahaya penuh. Lebar bedengan sebaiknya adalah 100 cm, tinggi 30 cm dan panjang sesuai kondisi lahan. Jarak antar bedengan + 30 cm. Lahan yang asam (pH rendah) lakukan pengapuran dengan kapur kalsit atau dolomit.
2.
Pemupukan
Bedengan diratakan, 3 hari sebelum tanam diberikan pupuk kandang (kotoran ayam) dengan dosis 20.000 kg/ha atau pupuk kompos organik hasil fermentasi (kotoran ayam yang telah difermentasi) dengan dosis 4 kg/m2. Sebagai starter ditambahkan pupuk anorganik 150 kg/ha Urea (15 gr/m2) pada umur 10 hari setelah tanam. Agar pemberian pupuk lebih merata, pupuk Urea diaduk dengan pupuk organik kemudian diberikan secara larikan disamping barisan tanaman, jika perlu tambahkan pupuk cair 3 liter/ha (0,3 ml/m2) pada umur 1 dan 2 minggu setelah tanam.
Bedengan diratakan, 3 hari sebelum tanam diberikan pupuk kandang (kotoran ayam) dengan dosis 20.000 kg/ha atau pupuk kompos organik hasil fermentasi (kotoran ayam yang telah difermentasi) dengan dosis 4 kg/m2. Sebagai starter ditambahkan pupuk anorganik 150 kg/ha Urea (15 gr/m2) pada umur 10 hari setelah tanam. Agar pemberian pupuk lebih merata, pupuk Urea diaduk dengan pupuk organik kemudian diberikan secara larikan disamping barisan tanaman, jika perlu tambahkan pupuk cair 3 liter/ha (0,3 ml/m2) pada umur 1 dan 2 minggu setelah tanam.
3.
Penanaman
Biji kangkung darat ditanam di bedengan yang telah dipersiapkan. Buat lubang tanam dengan jarak 20 x 20 cm, tiap lubang tanamkan 2 – 5 biji kangkung. Sistem penanaman dilakukan secara zigzag atau system garitan (baris).
Biji kangkung darat ditanam di bedengan yang telah dipersiapkan. Buat lubang tanam dengan jarak 20 x 20 cm, tiap lubang tanamkan 2 – 5 biji kangkung. Sistem penanaman dilakukan secara zigzag atau system garitan (baris).
4.
Pemeliharaan
Yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan air, bila tidak turun hujan harus dilakukan
penyiraman. Hal lain adalah pengendalian gulma waktu tanaman masih muda dan menjaga tanaman dari serangan hama dan penyakit.
Yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan air, bila tidak turun hujan harus dilakukan
penyiraman. Hal lain adalah pengendalian gulma waktu tanaman masih muda dan menjaga tanaman dari serangan hama dan penyakit.
è Dengan
status tanah milik sendiri, tanaman yang dominan dalam satu lahan ini adalah
terung dan yang kedua adalah kangkung
è Karena
yang dominan adalah terung , maka yang dihitung dahulu adalah terung (yang
lebih spesifik perhitungannya)
D. Perhitungan
1. Penyiapan
Lahan
-
Lahan yang dimiliki
sebesar 150 m2
-
Pembuatan bendengan
untuk pembibitan terung
|
Rp 0,00 (lahan
milik sendiri)
Rp 150.000,00
|
2. Pembibitan
-
Membeli bibit terung
@Rp10.000/Kg
|
Rp 5000,00
|
3. Penanaman
-
Upah tenaga kerja
|
Rp 0,00 (tidak menggunakan tenaga
kerja)
|
4. Pemeliharaan
-
Pemupukan
·
Harga pupuk Urea
@Rp90.000/sack
·
Harga pupuk Posca
@Rp115.000/sack
-
Pengairan
·
Penggunaan diesel
·
Pembelian solar
-
Pembelian obat
|
Rp 90.000,00
Rp 115.000,00
Rp 0,00 (punya sendiri)
Rp 24.000,00
Rp 30.000,00
----------------- +
Rp 259.000,00
|
5. Panen
-
Penjualan terong
@1.500/Kg
menghasilkan ± 85Kg dalam panen 4
kali dalam 1 bulan
TOTAL
|
Rp. 127.500,00
Rp 127.500,00 x 4 = Rp 510.000,00
|
6. Pasca
Panen
-
Penggunaan transpor
untuk menjual dari sawah ke pasar
|
Rp 15.000,00
|
7. Pembelian
sarana produksi
-
Cangkul
-
Sabit
|
Rp 100.000,00
Rp 25.000,00
|
Karena dalam satu lahan/sawah
menggunakan sistem tumpang sari, maka pendapat petani menjadi 2 sumber yaitu
dari penjualan terung dan kangkung
|
|
Perhitungan untuk tanaman
kangkung
|
|
1.
Pembibitan
-
Pembelian bibit
@Rp25.000/Kg
|
Rp 150.000,00
|
2. Panen
|
Rp 1.000.000,00
|
·
Keuntungan
= {Hasil panen Terung dan Kangkung} - {Penyiapan lahan + Pembibitan(terung
dan kangkung) + Penananaman + Pemeliharaan + Pasca panen}
·
{Rp
510.000,00 + Rp 1.000.000,00} – {Rp 150.000,00 + (Rp 5000,00 + Rp 150.000,00)
+ Rp 0,00 +Rp 259.000,00 +Rp 15.000,00}
·
Rp 1.510.000,00
- Rp 579.000,00 = Rp 931.000,00
|
E. Kesimpulan
1. Biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh petani
tersebut sebesar Rp 579.000,00
2. Biaya operasional meliputi pembibitan, penanaman,
pemeliharaaan dan pasca panen
3.
Petani terung
dan kangkung yang menggunakan sistem tumpang sari tersebut memperoleh
keuntungan sebesar Rp 931.000,00
Daftar Pustaka
Adib Fauzan Rahman (H0712004)
Aini Nurjanah (H0712010)
Aprilia Kusuma Wardani (H0712027)
I like reading a post that can make men and women think. Also, thank you for allowing me to comment!
ReplyDeleteSitus Indonesia