LATAR BELAKANG
Penyuluhan pertanian didefinisikan
sebagai suatu sistem pendidikan di luar sekolah untuk keluarga-keluarga tani di
pedesaan, di mana mereka belajar sambil berbuat untuk menjadi mau, tahu dan
bisa menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang dihadapinya secara baik,
menguntungkan dan memuaskan (Wiriaatmaja, 1986). Atau dengan kata lain kegiatan
penyuluhan pertanian adalah suatu kegiatan penyampaian informasi kepada orang
lain, dengan harapan orang tersebut dapat berubah perilakunya dengan mau
melaksanakan informasi yang disampaikan.
Seseorang berubah perilakunya dapat
disebabkan setelah berinteraksi dengan orang lain. Bila kita ingin berinteraksi
dengan orang lain, maka komunikasi amat diperlukan. Sehingga informasi apa yang
ingin kita sampaikan dapat diterima oleh mereka. Berbicara penyuluhan,
penyuluhan adalah proses pendidikan nonformal, yang intinya ingin merubah
perilaku dari sasaran penyuluhan itu. Perubahan perilaku dapat terjadi apabila
terjadi interaksi penyuluh yang akan menyampaikan informasi baru dengan sasaran
dengan melakukan komunikasi dengan baik. Pertanyaannya, apakah komunikasi sudah
berjalan dengan baik?. Penyuluh pertanian dapat dan harus menggunakan
teknik-teknik komunikasi yang paling efektif agar sasaran mau menerapkan
pengetahuan barunya itu. Melalui komunikasi yang efektif dapat menunjang
keberhasilan penyuluhan pertanian.
Dalam kegiatan penyuluhan pertanian,
komunikasi menjadi sebuah faktor penting yang dapat menunjang tercapainya
tujuan-tujuan penyuluhan. Disini, komunikan dituntut untuk memiliki sebuah
strategi komunikasi agar objek penyuluhan dapat menerima pesan dengan baik dan
tidak terjadi missunderstanding dalam proses penyuluhan ini.
Setiap petani di suatu daerah
pertanian memiliki karakteristik yang berbeda-beda, oleh karenanya penyajian
komunikasinya pun perlu disesuaikan dengan daerah masing-masing petani. Para
petani yang masih berada di daerah pedesaan yang terisolir tentunya lebih
efektif jika diberikan penyuluhan dengan metode dialog dua arah serta
pendekatan interpersonal. Terdapat korelasi positif yang nyata antara
kompetensi komunikasi yang dimiliki oleh penyuluh terhadap perilaku petani
dalam mengelola sumber daya yang dimiliki. Selain faktor keterisoliran dan
kompetensi komunikasi, strategi komunikasi pun berpengaruh terhadap efektifitas
komunikasi. Hal ini didukung oleh terbagi-baginya tipe penerima respon penyuluhan,
mulai dari kelompok inovator; early adopter, early mayority, late adopter dan
kelompok penolak inovasi yang bersifat apatis (lagger).
Oleh karenanya, diperlukan sebuah
kajian mendalam untuk mengetahui bagaimana seharusnya penyajian komunikasi pertanian
yang efektif dalam kegiatan penyuluhan terhadap ragam petani yang tersebar di
berbagai daerah agar para petani dapat tercerahkan dan berkembang cara
berpikirnya.
KOMUNIKASI
Istilah komunikasi atau dalam bahasa
Inggris communication berasal dari kata latin communicatio, dan
bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya
adalah sama makna. Komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia, dan yang
dinyatakannya itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa sebagai penyalurnya. Dalam arti kata bahwa komunikasi itu
minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat.
Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar
orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain
bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau
kegiatan (Effendi, Onong Uchjana, 1995: 9).
Sementara untuk memahami pengertian
komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi
sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam
karyanya, The Structure and Function of Communication in Society.
Paradigma Laswell menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur yakni:
Komunikator, Pesan, Media, Komunikan, dan Efek. Jadi, menurut Lasswell dalam
Effendy, Onong Uchjana(1995: 10) bahwa komunikasi adalah proses penyampaian
pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek
tertentu.
Dengan demikian komunikasi terjadi
apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh
komunikator dan diterima oleh komunikan. Jika tidak terjadi kesamaan makna
antara komunikator dan komunikan, dengan kata lain jika komunikan tidak
mengerti pesan yang tidak diterimanya, maka komunikasi tidak terjadi. Dalam
rumusan lain, situasi tidak komunikatif. Menurut Fisher dalam Arifin,
Anwar(1995: 20), menyatakan bahwa tidak ada persoalan sosial dari waktu yang
tidak melibatkan komunikasi.
Secara sederhana proses komunikasi
oleh Schramm (1977) diartikan sebagai proses penggunaan pesan oleh dua orang
atau lebih, dimana semua pihak saling berganti peran sebagai pengirim dan
penerima pesan, sampai ada saling pemahaman atas pesan yang disampaikan oleh
semua pihak.Oleh karena itu, model komunikasi tidak lagi bersifat garis-lurus (linier), tetapi bersifat memusat (convergence), seperti yang dapat kita
bandingkan pada gambar dibawah ini:
Tentang moel komunikasi memusat,
Koncald (1979) menjelaskan adanya komponen dasar dari model komunikasi tersebut
yang menekankan pada adanya tiga unsur pokok, yaitu realita fisik, realita
psikologis, dan realita sosial yang akan dihadapi oleh semua pihak yang
berkomunikasi.
REALITAS PSIKOLOGIS (a)
Interpretasi
Pemahaman
Pengertian - kepercayaan
|
REALITAS FISIK
INFORMASI
Tindakan Tindakan
TINDAKAN KOLEKTIF
KESEPAKATAN BERSAMA
PENGERTIAN
BERSAMA
REALITAS SOSIAL
(adan b)
|
REALITAS PSIKOLOGIS (b)
Interpretasi
Pemahaman
Kepercayaan
- pengertian
|
Komponen
Dasar Dari Model Komunikasi Memusat
Sejalan dengan pemahaman tentang
“komunikasi memusat” Soemardjo (1999) mengemukakan bahwa dari hasil
penelitiannya terbukti memberikan pengaruh signifikan terhadap mutu penyuluhan
yang dilakukan oleh penyuluh untuk memandirikan petani. Dengan kata lain,
proses penyuluhan partisipatip yang dibarengi dengan proses komunikasi memusat
tersebut merupakan metoda yang layak dikembangkan.
Terkait dengan proses komunikasi
memusat dalam kegiatan penyuluhan tersebut, dapat ditarik pokok-pokok pemahaman
sebagai berikut:
1) Proses
komunikasi di dalam penyuluhan, harus merupakan proses komunikasi timbal-balik,
dan bukannya komunikasi searah yang sering dilakukan di dalam proses penerangan
yang dilakukan melalui media-masa.
2)
Kedudukan penyuluh adalah sejajar
dengan kliennya dan stakeholder yang lain. Artinya, setiap penyuluh harus
menghargai dan mau mendengarkan respon yang diberi-kan oleh masyarakat yang
menjadi kliennya, dalam proses belajar bersama.
3) Respon yang
diberikan oleh klien, tidak harus sesuai dengan yang diharapkan oleh
penyuluhnya. Yang penting, selama komunikasi harus terjadi interaksi yang
saling menghargai pendapat pihak yang lainnya, sebagai masuk-an yang perlu
dipikirkan sebagai rangsangan terjadinya proses belajar.Dengan demikian, semua
pihak benar-benar mengalami proses belajar bersama.
Di dalam kegiatan penyuluhan
pertanian proses komunikasi antara penyuluh dan sasarannya juga tidak hanya
terhenti jika penyuluh telah menyampaiakn inovasi atau jika sasaran telah menerima
pesan tentang inovasi yang telah disampaikan penyuluhnya, tetapi sering kali
(dan seharusnya memang begitu) komunikasi baru berhenti jika sasaran telah
memberikan tanggapan seperti yang dikendaki oleh penyuluhnya yaitu berupa
penerimaan dan penerapan inovasi tersebut didalam praktek berusaha tani, baik
yang ditunjukan dalam perubahan pengetahuan, sikap, atau keterampilannya.
KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
Dalam
proses komunikasi terdapat lima komponen
atau unsur penting dalam komunikasi yang harus kita perhatikan yaitu: sender, massage, delivery channel
atau media, receiver dan efect/umpan balik (feedback). Melalui proses
komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami
oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang
disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.
Secara
sederhana menurut Tubbs dan Moss (1996) komunikasi dikatakan efektif bila orang
berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkannya.
Sebenarnya ini hanya salah satu ukuran bagi efektivitas komunikasi. Secara umum, komunikasi dikatakan efektif bila
rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan oleh pengirim atau sumber
berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima.
SYARAT KOMUNIKASI EFEKTIF
Syarat
utama dalam komunikasi efektif adalah karakter yang kokoh yang dibangun dari
fondasi integritas pribadi yang kuat, disertai dengan kepercayaan pada orang
lain. Covey mengusulkan ada enam hal utama yang dapat menambah kekuatan emosi
dalam menjalin hubungan dengan sesama
yaitu :
a. Berusaha benar-benar
mengerti orang lain
Ini adalah dasar dari apa
yang disebut emphatetic communication
(komunikasi empatik). Ketika
berkomunikasi dengan orang lain, kita mungkin mengabaikan orang itu
dengan tidak serius membangun hubungan yang baik. Kita mungkin berpura-pura.
Kita mungkin secara selektif berkomunikasi pada saat kita memerlukannya, atau
kita membangun komunikasi yang atentif (penuh perhatian) tetapi tidak
benar-benar berasal dari dalam diri kita.
Bentuk komunikasi tertinggi
adalah komunikasi empatik, yaitu melakukan komunikasi untuk terlebih dahulu
mengerti orang lain – memahami karakter dan maksud/tujuan atau peran orang
lain.
Kebaikan dan sopan santun
yang kecil-kecil begitu penting dalam suatu hubungan – hal-hal yang kecil
adalah hal-hal yang besar.
b. Memenuhi
komitmen atau janji
c. Menjelaskan harapan
Penyebab dari hampir semua
kesulitan dalam hubungan berakar di dalam harapan yang bertentangan atau
berbeda sekitar peran dan tujuan. Harapan harus dinyatakan secara eksplisit.
d. Meminta maaf
e. Integritas
Integritas merupakan fondasi
utama dalam membangun komunikasi yang efektif. Karena tidak ada persahabatan
atau teamwork tanpa ada kepercayaan (trust),
dan tidak akan ada kepercayaan tanpa ada integritas. Integritas mencakup
hal-hal yang lebih dari sekadar kejujuran (honesty).
Kejujuran mengatakan kebenaran atau menyesuaikan kata-kata kita dengan
realitas. Integritas adalah menyesuaikan realitas dengan kata-kata kita.
Integritas bersifat aktif, sedangkan kejujuran bersifat pasif.
Setelah kita memiliki
fondasi utama dalam membangun komunikasi yang efektif, maka hal berikut adalah kita
perlu memperhatikan adalah
Limahukum komunikasi yang
efektif yang dikembangkan dan rangkum dalam satu kata yang mencerminkan esensi
dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH, yang berarti merengkuh atau meraih.
Karena sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita
meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun
respon positif dari orang lain.
1.
Respect
Hukum
pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai
setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Rasa hormat dan
saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan
orang lain.
2.
Empathy
Empati
adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi
yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap
empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu
sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Dengan memahami dan
mendengar orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan
kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerjasama atau sinergi dengan
orang lain.
3.
Audible
Makna dari
audible antara lain: dapat
didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika empati berarti kita harus
mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka
audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan.
Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus disampaikan melalui media atau delivery channel sedemikian hingga dapat
diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan kita
untuk menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio
visual yang akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima
dengan baik. Dalam komunikasi personal hal ini berarti bahwa pesan disampaikan
dengan cara atau sikap yang dapat diterima oleh penerima pesan.
4.
Clarity
Selain
bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum keempat yang terkait
dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan
multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Kesalahan
penafsiran atau pesan yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan
menimbulkan dampak yang tidak sederhana.
5.
Humble
Hukum
kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap
ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa
menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita
miliki. Sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan
memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah
lembut dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih
besar.
Jika komunikasi yang kita
bangun didasarkan pada lima hukum pokok komunikasi yang efektif ini, maka kita
dapat menjadi seorang komunikator yang handal dan pada gilirannya dapat
membangun jaringan hubungan dengan orang lain yang penuh dengan penghargaan
(respect), karena inilah yang dapat membangun hubungan jangka panjang yang
saling menguntungkan dan saling menguatkan.
PRINSIP DASAR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI
1.
Faktor
teknis
Faktor yang bersifat teknis yaitu kurangnya penguasaan teknis komunikasi.
Teknik komunikasi mencakup .unsur-unsur yang ada dalam komunikator dikala
mengungkapkan pesan menjadi lambang-lambang.kejelian dalam memilih saluran,
metode penyampaian pesan.
2. Faktor perilaku
Bentuk dari perilaku yang dimaksud adalah perilaku komunikan yang
bersifat: pandangan yang bersifat apriori, prasangka yang didasarkan atas
emosi, suasana yang otoriter, ketidak mampuan untuk berubah vvalaupun salah,
sifat yang egosentris.
3. Faktor situasional
Kondisi dan situasi yang menghambat komunikasi misalnya situasi ekonomi,
sosial, politik dan keamanan
4. Keterbatasan waktu
Sering karena keterbatasan waktu orang tidak berkomunikasi, atau
berkomunikasi secara tergesa-gesa, yang tentunya tidak akan bisa memenuhi
persyaratan-persyaratan komunikasi.
5. Jarak Psychologis/status social
Jarak psychologis biasanya terjadi akibat adanya perbedaan status, yaitu
status sosial maupun status dalam pekerjaan. Misalnya, seorang pesuruh akan
sulit berkomunikasi dengan seorang menteri karena ada jarak psichologis yaitu
pesuruh merasa statusnya terlalu jauh terhadap
menteri. Selanjutnya, ada orang yang hanya ingin mendengar informasi
yang dia senangi saja, sedangkan informasi lainnya tidak.
6. Adanya evaluasi terlalu dini
Seringkali orang sudah mempunyai prasangka, atau sudah menarik suatu
kesimpulan sebelum menerima keseluruhan informasi atau pesan. Hal ini jelas
menghambat komunikasi yang baik.
7. Lingkungan yang tidak mendukung
Komunikasi interpersonal akan lebih efektif jika dilakukan dalam
lingkungan yang menunjang, berikut ini beberapa contoh suasana lingkungan yang
tidak menunjang atau mendukung yaitu :
a.
Keadaan
suhu (terlalu panas atau terlalu dingin)
b.
Keadaan
ribut atau bising
c.
Lingkungan
fisik yang tidak mendukung (ruang terlalu sempit/ kurang keleluasaan pribadi)
8. Keadaan si komunikator
Keadaan fisik dan perasaan komunikator sangat berpengaruh terhadap
berhasil atau gagalnya komunikasi. Misalnya :
a.
Komunikator
sedang mempunyai masalah pribadi hingga pikiran kacau. Hal ini akan
mengakibatkan pesan yang disampaikannya juga kacau, tidak sistematis hingga
membingungkan pendengar/sasaran.
b.
Komunikator
sedang sakit, juga mempengaruhi komunikasi, atau kalau komunikator mempunyai
cacat seperti suara sengau. gagap dan sebagainya akan mengakibatkan pesan yang
disampaikan tidak jelas tertangkap oleh sasaran.
9. Gangguan bahasa
a. Komponen semantik:
Gangguan semantik ialah gangguan komunikasi yang disebabkan karena kesalahan
pada bahasa yang digunakan. Gangguan semantik sering terjadi karena:
1)
Kata-kata
yang digunakan terlalu banyak memakai jargon bahasa asing sehingga sulit
dimengerti oleh khalayak tertentu.
2)
Bahasa
yang digunakan pembicara berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh penerima.
3)
Komponen
semantik meliputi, pengetahuan objek, hubungan objek, dan hubungan peristiwa
b. Komponen Struktur
Struktur bahasa yang digunakan tidak sebagaimana mestinya sehingga
membingungkan penerima. Komponen Struktur meliputi, fonologi, morfologi, dan
sintaksis.
c. Komponen Penggunaan / Pragmatik
Komponen pragmatik meliputi fungsi dan konteks. Penguasaan akan komponen
ini menjadikan mampu mengawali komunikasi, memelihara komunikasi dan mengakhiri
komunikasi (M. Lahey, 1989)
10. Rintangan fisik
Rintangan fisik adalah
rintangan yang disebabkan karena kondisi geografis misalnya jarak yang jauh
sehingga sulit dicapai, tidak adanya sarana kantor pos, kantor telepon, jalur
transportasi dan semacamnya.
Dalam komunikasi antar
manusia rintangan fisik bisa juga diartikan karena adanya gangguan organik,
yakni tidak berfungsinya salah satu panca indra penerima.
MENGUKUR KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI
Bagaimana
cara mengukur keefektifan komunikasi?
Kita tidak dapat menilai keefektifan komunikasi bila apa yang kita
maksudkan tidak jelas; kita harus
benar-benar tahu apa yang kita inginkan.
Menurut Tubbs and Moss (1999) terdapat 5 hasil utama yang dapat
dijadikan ukuran bagi komunikasi yang efektif :
1. Pemahaman
Penerimaan cermat atas
kandungan rangsangan seperti yang dimaksudkan oleh pngirim pesan. Komunikator dikatakan efektif bila penerima
memperoleh pemahaman yang cermat atas pesan yang disampaikannya.
2. Kesenangan
Timbulnya rasa senang dan terhibur atau mempertahankan hubungan insani
3. Pengaruh pada sikap
4. Hubungan yang makin baik
5. Tindakan
PERAN KOMUNIKASI DALAM PENYULUHAN PERTANIAN
Ditinjau dari prosesnya, penyuluhan
adalah komunikasi dalam arti kata ada dua komponen yaitu manusia, yang satu
sebagai pemberi pesan atau komunikator dan satu lagi sebagai penerima pesan
atau komunikan. Dalam proses ini penyuluh pertanian bertindak sebagai
komunikator (pemberi pesan), sedangkan petani merupakan komunikan (penerima
pesan). Perbedaan antara komunikasi dengan penyuluhan terletak pada tujuannya,
dimana tujuan komunikasi sifatnya umum, sedangkan tujuan penyuluhan sifatnya
khusus, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilannya. Tujuan
akan tercapai bila terjadi komunikasi yang dapat dipahami. Komunikasi yang
bagaimana yang menunjang tujuan penyuluhan mudah tercapai? Komunikasi yang
dimaksud adalah komunikasi yang bersifat dua arah.
Namun bisa saja terjadi
kesalahpahaman dalam komunikasi, dimana pesan tidak dapat dimengerti oleh
penerima pesan dengan baik. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor penghambat
komunikasi antara pengirim dan penerima pesan. Faktor-faktor penghambat komunikasi
tersebut dapat dikelompokkan ke dalam empat masalah utama , dikemukakan oleh
Purwanto, Djoko (2009: 13), mencakup: 1) masalah dalam mengembangkan pesan; 2)
masalah dalam penyampaian pesan; 3) masalah dalam menerima pesan; 4) masalah
dalam menafsirkan pesan.
Menghindari ini semua, dalam
penyuluhan pertanian perlu dilakukan perencanaan terlebih dahulu, sehingga
proses penyuluhan pertanian untuk membantu petani mencapai tujuannya dapat
terlaksana dengan baik, dengan menghilangkan faktor penghambat yang kemungkinan
besar dapat terjadi dalam komunikasi. Tampak peran komunikasi amat besar dalam
kegiatan penyuluhan penyuluhan, yang akan mempengaruhi dari perencanaan hingga
pelaksanaan dan evaluasinya.
Penyuluh sebagai komunikator yaitu
penyampai pesan, sedangkan sasaran dalam hal ini disebut komunikan sangat yang
dipengaruhi oleh latar belakangnya, baik secara individu maupun secara
berkelompok. Untuk penyuluh sendiri adakah mereka siap melakukan komunikasi
dari berbagi aspek, apakah pesan yang dibawanya sudah sesuai dengan apa yang
diinginkan sasaran juga saluran atau media yang dilakukannya sudah sesuai?,
sudah tepatkah metode yang digunakannya. Namun unsur yang paling utama dalam
melakukan perubahan perilaku ini yaitu terjadinya komunikasi yang baik antara si
pemberi pesan yaitu penyuluh, dengan si penerima pesan yaitu orang yang
diharapkan perubahan perilakunya. Dalam sektor pertanian, apakah bagaimana
pelaksanaan penyuluhan pertanian di tingkat lapangan, sudah berjalan lancar,
dan sudahkah mencapai tujuan yang diharapkan?
Fenomena di tingkat lapangan
menggambarkan masih lemahnya proses penyuluhan pertanian dengan dampak yang
ada, disinyalir salah satu penyebabnya adalah hambatan komunikasi. Sebab dalam
proses komunikasi tidak hanya sekedar berbicara saja, tapi pesan itu dapat
disampaikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Hambatan komunikasi ini
perlu ditelaah, apa yang menjadi penyebabnya. Bila perubahan perilaku sebagai
bagian dari tujuan penyuluhan belum tercapai, jangan hanya sasaran yang dipersalahkan.
jangan-jangan masalah nya justru berasal dari komunikator yaitu penyuluh
sebagai pembawa pesan. Apa penyebabya apakah karena ketidaksiapan materi yang
akan disampaikan, ataukah karena prasarana yang tidak memadai, bisa pula
terjadi karena gangguan dalam proses penyampaiannya.
Kegagalan berkomunikasi sering
menimbulkan kesalah pahaman, kerugian, dan bahkan malapetaka, Risiko tersebut
tidak hanya pada tingkat individu, tetapi juga pada tingkat lembaga, komunitas,
dan bahkan Negara. Untuk menjadi seorang komunikator yang efektif, harus
berusaha menampilkan komunikasi (baik verbal maupun nonverbal) yang disengaja
seraya memahami budaya orang lain.
TUJUAN
KOMUNIKASI
Didalam setiap proses komunikasi, sedikitnya akan
terkandung salah satu dari tiga macam tujuan komunikasi, yaitu:
1) Informatif, memberikan
informasi berita,
2)
Persuasive, membujuk
dan
3) Intertainment, memberikan
hiburan
Dalam hubungan ini, komunikasi yang berlangsung selama
proses penyuluhan selalu mengandung ketiga macam tujuan tersebut meskipun dengan
kadar yang tidak selalu sama. Hal ini disebabkan karena tujuan utama penyuluhan
adalah mendidik. Artinya, mempengaruhi orang lain agar mau
menerima/melaksanakan informasi yang disampaikannya dengan senang hati.
Meskipun demikian bobot “hiburan” harus dijaga untuk tidak selalu dominan, agar
informasi yang diberikan dapat disampaikan dengan porsi yang lebih besar
sehingga memungkinkan sasarannya memperolehnya cukup lengkap dan jelas.
KEJELASAN
KOMUNIKASI
Agar penyuluhan dapat berlangsung
sebagaimana yang diharapkan, perlu perhatian terhadap: "kejelasan komunikasi"
yang sangat tergantung kepada keempat unsur komuni-kasinya, yaitu:
1)
Unsur penyuluh dan sasarannya, yang
merupakan unsur-unsur utama yang menentukan keberhasilan komunikasi. Di dalam
kegiatan penyuluhan, sering muncul gangguan komunikasi yang disebabkan oleh:
b.
Kekurang trampilan penyuluh/sasaran
untuk berkomunikasi,
c.
Kesenjangan tingkat pengetahuan
penyuluh dan sasaran,
d.
Sikap yang kurang saling menerima
dengan baik, dan
e.
Perbedaan latar belakang sosial
budaya yang dimiliki oleh penyuluh dengan sasarannya.
Karena itu,
penyuluh sangat dituntut untuk selalu berusaha:
a.
Meningkatkan ketrampilannya
berkomunikasi,
b.
Menyampaikan pesan dengan cara/bahasa
yang mudah dipahami,
c.
Bersikap baik (meskipun sadar tidak
disukai),
d.
Memahami, mengikuti, atau
setidak-tidaknya tidak menyinggung nilai-nilai sosial budaya sasaran (meskipun dia
sendiri benar-benar tidak menyukainya).
2)
Unsur pesan
Persyaratan
utama agar pesan dapat diterima dengan jelas oleh sasaran, haruslah diupayakan
agar pesan tersebut berisi hal-hal yang nudah dipahami oleh sasaran, antara
lain:
a.
Mengacu kepada kebutuhan masyarakat,
dan disampaikan pada saat sedang dan atau segera akan dibutuhkan.
b.
Disampaikan dalam bahasa yang mudah
dipahami
c.
Tidak memerlukan korbanan yang
memberatkan
d.
Memberikan harapan peluang
keberhasilan yang tinggi, dengan tingkat manfaat yang merangsang.
e.
Dapat diterapkan sesuai dengan
kondisi (pengetahuan, ketrampilan, sumberdaya yang dimiliki/dapat diusahakan)
masyarakatnya.
3)
Unsur media/saluran komunikasi
Agar pesan dapat diterima dengan jelas, maka saluran
yang digunakaan harus terbebas dari gangguan. Baik gangguan teknis (jika
menggunakaan media masa), ataupun gangguan sosial budaya dan psikologis (jika
menggunakan media antar pribadi).
Di lain pihak, pilihan media yang akan digunakan,
perlu disesuaikan dengan selera masyarakat setempat, dengan senantiasa
mempertimbangkan kemampuan sumberdaya (dana, ketrampilan, dan peralatan yang
tersedia).
Tentang hal ini, harus dipahami bahwa mediamasa
(elektonik) yang modern, canggih dan mahal tidak selalu lebih efektif dibanding
media interpersonal dan media tradisional.
PROSES
PERUBAHAN DALAM KOMUNIKASI
Melalui komunikasi, proses perubahan
perilaku yang menjadi tujuan penyuluhan sebenarnya dapat dilakukan melalui 4
(empat) cara, yaitu:
1)
Secara persuasive atau bujukan, yakni perubahan perilaku yang dilakukan
dengan cara menggugah perasaan sasaran secara bertahap sampai dia mau mengikuti
apa yang dikehendaki oleh komunikator.
2)
Secara pervasion atau pengulangan, yakni penyampaian pesan yang sama
secara berulang-ulang, sampai sasarannya mau mengikuti kehendak komunikator.
3)
Secara compulsion, yaitu teknik pemaksaan tidak lang-sung dengan cara
menciptakan kondisi yang membuat sasaran harus melakukan/menuruti kehendak
komunikator. Misalnya, jika kita menginginkan petani menerapkan pola tanam:
padi-padi, palawija di lahan yang berpengairan terjamin, dapat dilakukan dengan
memutuskan jatah pengairan ke wilayah tersebut.
4)
Secara coersion, yaitu teknik pemaksaan secara langsung, dengan cara
memberikan sanksi (hadiah atau hukuman) kepada mereka yang menurut/melanggar
anjuran yang diberikan. Misalnya, memberikan penghargaan kepada petani pengguna
pupuk organik, atau melakukan pencabutan terhadap tanaman petani yang tidak
direkomendasikan.
Sehubungan dengan ini, dalam
penyuluhan pertanian harus dihindari cara-cara pemaksaan, tetapi sejauh mungkin
tetap melaksanakan teknik-teknik bujukan dan pengulangan yang dilakukan melalui
kegiatan belajar bersama.
MENGEFEKTIFKAN
KOMUNIKASI PENYULUHAN PERTANIAN
Kendala umum yang menyebabkan kegagalan komunikasi,
adalah:
1)
Komunikasi yang tidak efisien, yang
disebabkan karena:
a.
Tujuan komunikasi yang tidak jelas,
baik menurut penyuluh maupun bagi masyarakat sasarannya, terutama jika penyuluh
kurang melakukan persiapan menyuluh.
b.
Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan
oleh komunikator (gerakan-gerakan, ucapan-ucapan yang selalu dilakukan secara berulang-ulang)
2)
Salah pengertian, yang disebabkan
karena:
a.
Perbedaan tujuan penyuluh yang
berbeda dengan tujuan sasarannya, dan
b.
Perbedaan latar belakang:
pendidikan, ekonomi, dan sosial budaya penyuluh dengan sasarannya.
Sehubungan dengan itu, Cooley (1971) memberikan acuan
untuk mengefektifkan komunikasi dalam penyuluhan, yaitu dengan memperhatikan
beberapa hal sebagai berikut:
1)
Harus diupayakan adanya kepentingan
yang sama (overlaping of interest)
antara kebutuhan yang dirasakan oleh penyuluh dan masyarakat sasarannya.
2)
Pesan yang disampaikan harus
merupakan (salah satu) pemecahan masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakat
sasarannya,
3)
Komunikator meyakini keunggulan
pesan yaang disam-paikan, dan ia memiliki keyakinan bahwa masyarakat sangat
mengharapkan bantuannya.
4)
Pesan yang disampaikaan harus
mengacu kepada kepuasan dan perbaikan mutu hidup kedua belah pihak (terutama
bagi sasarannya).
Di samping itu, Katz (Mardikanto, 1983) menekankan
agar setiap penyuluh harus mampu menciptakan suasana (dalam dirinya sendiri
maupun terhadap masyarakat sasarannya):
1)
Berkurangnya "ego defensif" (mepertahankan
keakuan sebagai yang serba paling hebat). Sebab, di dalam penyuluhan yang pada
hakekatnya merupakan suatu proses pendidikan orang dewasa, masing-masing pihak
dituntut untuk mau membuka dialog dalam arti mau menerima pendapat orang lain,
dan menempatkan dirinya sejajar atau bahkan berada di bawah orang lain.Tanpa
adanya kesediaan untuk menerima pendapat orang lain, mustahil dialog itu dapat
berlangsung dengan baik.
2)
Berkurangnya "value expresif" (mempertahankan
nilai-nilai yang dianutnya secara kaku). Sebagai proses komunikasi, dialog yang
berlangsung di dalam penyuluhan harus dilakukan dengan kesediaan masing-masing
pihak yang berkomunikasi untuk beremphati (dalam arti mampu memahami latar
belakang sosial budaya dan jalan pikiran serta sudut pandang orang lain).
3)
Berkembangnya sikap "utilitarian" mencari kebersamaan
dan tumbuh berkembangnya keinginan menambah pengetahuan (knowledge). Artinya, selama proses penyuluhan, di samping
mengembangkan sikap kebersamaan (sederajat, saling membutuhkan, saling berbagi
pengalaman) juga masing-masing pihak harus mengembangkan sikap untuk selalu
ingin belajar atau menambah pengetahuannya dari pihak lain.
HAL YANG HARUS DIMILIKI OLEH SEORANG PENYULUH
Penyuluh sebagai komunikator dalam
sebuah penyuluhan adalah orang yang tugasnya menyampaikan pesan, apakah itu
pesan pembangunan dalam artian yang lebih umum ataupun pesan yang sifatnya
pribadi untuk mengubah perilaku petani. Tugas komunikator adalah berkomunikasi
kepada komunikan. Yuhana, dkk. (2008) menyatakan terdapat paling tidak empat
factor yang ada pada sumber yang dapat meningkatkan ketepatan komunikasi,
yaitu: keterampilan berkomunikasi, sikap mental, tingkat pengetahuan, dan
posisi dalam system social budaya.
Keterampilan berkomunikasi merupakan
salah satu factor yang melekat pada diri seorang penyuluh. Dalam komunikasi
verbal diperlukan keterampilan berbicara dan menulis, mendengarkan dan membaca,
dan berpikir serta bernalar. Komunikator yang berbicara dengan baik akan sangat
menarik perhatian komunikan. Komunikator juga harus mampu menulis dan membaca
dengan baik, misalnya saat menyampaikan pesan dengan metode mengajar. Kemampuan
dalam berpikir dan bernalar juga merupakan kemampuan yang harus dimiliki
seorang komunikator dalam penyampaian pesannya. Keterampilan berkomunikasi yang
dimiliki oleh seorang penyuluh sangat mempengaruhi penampilannya ketika sedang
mengadakan komunikasi. Soekartawi (2008) menyatakan bahwa sering dijumpai bahwa
penampilan komunikator ditentukan oleh kredibilitas yang mereka miliki.
Seseorang yang mempunyai gelar di bidang pertanian sering diasumsikan mempunyai
kredibilitas yang tinggi dalam prioritas pekerjaan melakukan komunikasi. Di
lain pihak orang yang berpengalaman juga mempengaruhi kredibilitas dalam sebuah
komunikasi. Misalnya, petugas penyuluh yang sudah berpengalaman bekerja sebagai
penyuluh akan lebih dipercayai sebagai penyuluh yang handal dibanding dengan
orang yang nelum pernah melaksanakan penyuluhan atau orang yang baru
pertama sekali melaksanakan penyuluhan. Soekarwati (2008) juga menyatakan dalam
praktek komunikasi, komunikator yang mempunyai kredibilitas tinggi dalam
melakukan komunikasi pertanian sering ditentukan oleh berbagai factor, antara
lain:
- Latar
belakang pendidikan, pengetahuan dan pengalaman.
- Karakter
yang dipunyai.
- Cinta
dan bangga akan pekerjaan melakukan komunikasi yang diikuti ketekunan
dalam melakukan pekerjaannya.
- Kepribadian
yang ia miliki
- Tujuan
melakukan komunikasi.
- Cara
penyampaian. Penyampaian informasi dengan peraga, atau menggunakan gerak
tangan atau alat lain sehingga mampu memikat pendengarnya.
Seorang penyuluh agar memiliki
kredibilitas saat melaksanakan penyuluhan harus memiliki latar belakang
pendidikan di bidang penyuluhan, memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang
penyuluhan. Penyuluh juga harus memiliki karakter yang rela menyuluh, cinta dan
bangga akan penyuluhan, memiliki kepribadian yang empatis, memiliki tujuan dan
memiliki cara penyampaian yang menarik.
Sikap mental akan mempengaruhi
komunikan dalam berkomunikasi. Sikap mental berhubungan dengan rasa percaya
diri. Dalam membentuk sikap mental yang baik dalam berkomunikasi seorang
komunikator harus percaya diri. Selain percaya diri, komunikator juga harus
menguasai pesan yang akan disampaikan, sehingga komunikator benar-benar siap
dalam melakukan penyuluhan. Sikap mental yang baik dapat dibentuk dari
latihan berbicara di depan umum dengan latihan di depan cermin.
Tingkat pengetahuan, meliputi
pengetahuan penyuluh mengenai materi atau isi komunikasi, ciri-ciri penerima,
cara-cara berkomunikasi. Pengetahuan tentang materi menentukan ketepatan
komunikasi. Mosher dalam Machmud (2006) menyatakan penyuluh pertanian harus
menguasai lima pengertian yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas
penyuluhan. Kelima pengertian tersebut adalah pengertian tentang produksi
tanaman dan ternak, pengertian usaha tani sebagai perusahaan, pengertina
tentang pembangunan pertanian, pengertian tentang petani dan bagaimana mereka
belajar, dan pengertian tentang masyarakat pedesaan. Dengan menguasai kelima
kemampuan ini diharapkan penyuluh telah memiliki tingkat pengetahuan yang baik
dalam pelaksanaan penyuluhan.
Posisi dalam system social budaya
mempengaruhi ketepatan komunikasi. Penyuluh memiliki posisi berbeda dalam
system social masyarakat karena berasal dari luar system masyarakat. Penyuluh
harus dapat membedakan konteks komunikasi yang berbeda, komunikasi yang
dilakukan di kalangan petani yang memiliki strata yang berbeda dalam masyarakat
akan memiliki perbedaan dalam hal pilihan kata-kata, saluran dan jenis pesan
yang ingin digunakan dalam komunikasi. Bisa dipastikan bahwa penyuluhan yang
dilakukan pada konteks strata social yang tinggi yang dalam masyarakat biasanya
akan lebih formal dibanding dengan melakukan penyuluhan dengan strata social
yang lebih rendah. Seorang penyuluh harus dapat memahami konteks strata sosial
penyuluhan sehingga mampu melakukan pendekatan penyuluhan yang paling tepat.
HAL YANG HARUS DIMILIKI OLEH SUBJEK PENYULUHAN
(KOMUNIKAN)
Peran komunikan dalam komunikasi
adalah sebagai penerima pesan. Dalam penyuluhan, komunikan adalah petani.
Yuhana dkk. (2008) menyatakan terdapat paling tidak empat factor yang
mempengaruhi keefektifan komunikasi. Keempat factor itu adalah keterampilan
berkomunkasi, sikap, tingkat pengetahuan, dan system social budaya komunikan.
Keterampilan berkomunikasi yang
perlu dikuasai oleh penerima adalah keterampilan mendengarkan dan membaca,
berbicara dan menulis, berpikir dan bernalar. Subjek penyuluhan dalam hal ini
petani biasanya tidak mengerti akan hal yang harus dimiliki seorang
komunikan ini dalam sebuah penyuluhan karena keterbatasan pendidikan formal.
Kebanyakan dari petani belajar secara autodidakdi dalam lingkungan.
Keterampilan berbicara biasanya diajarkan oleh orang tua kepada anak-anaknya
ataupun melalui budaya yang ada di dalam budayanya yang mengajarkan bagaimana
cara mendengarkan dan berbicara yang baik. Kemampuan membaca dan menulis petani
juga biasanya terbatas belajar sendiri, sehingga kemampuan mereka tidak sampai
kepada peraturan formal yang sempurna tentang membaca dan menulis. Dari keadaan
ini peran komunikator sangat besar dalam mengubah perilaku mendengarkan,
berbicara yang terstruktur, membaca dan menulis, serta berpikir dan benalar
yang logis dalam pelaksanaan pertanian ataupun saat berkomunikasi tentang
pertanian.
Seperti halnya pada sumber, maka
sikap terhadap diri sendiri, terhadap sumber, dan terhadap materi atau isi
komunikasi juga mempengaruhi ke-efektifan komunikasi. Dalam hal ini, bagaimana
komunikan menerjemahkan pesan yang disampaikan oleh komunikator ditentukan oleh
sikapnya terhadap diri sendiri, terhadap sumber dan sikap terhadap isi pesan.
Komunikan sebagai penerima pesan harus memiliki sikap yang positif dalam menilai
kemampuan diri sendiri, menerima secara jujur ketidakmengertian apabila pesan
yang diterimanya kurang jelas atau tidak dimengerti sama sekali dan
mengkomunikasikan keadaan mereka kepada komunikator, sehingga tidak
menghasilkan kesalahan dalam menangkap pesan penyuluhan dengan baik. Kejujuran
ini perlu diwujudkan dengan melontarkan pertanyaan pertanyaan sesuai dengan hal
yang kurang dimengerti. Sikap terbaik yang terlihat dalam proses komunikasi
yang menjadi salah satu indikasi kesamaan makna antara komunikator dan
komunikan. Dengan timbulnya kesadaran partisipasi dalam komunikasi dan tidak
hanya sebagai pendengar yang pasif, tetapi menjadi pendengar yang aktif dalam
sebuah komunikasi.
Peran komunikan dalam penyuluhan
sebagai pendengar sangat besar. Peran komunikan ini terkait dengan perannya
sebagai penerima pesan. Komunikan harus mampu menjadi pendengar yang baik
sehingga dapat memiliki makna yang dimaksud oleh komunikator yang dapat
menghasilkan komunikasi yang efektif. Beberapa petunjuk untuk meningkatkan
kemampuan mendengar (Nisbet, 1988 dalam Tubbs dan Moss, 1996):
- Menyediakan
waktu
- Jangan
keasikan dengan diri sendiri
- Bersiap
untuk mendengarkan
- Bersabar
- Memperhatikan
dengan baik
- Jangan
bereaksi berlebihan terhadap pesan
- Focus
pada isi pesan
- Jangan
berpura-pura mendengarkan
Petunjuk ini tidak dimiliki
sepenuhnya oleh petani, sehingga penyuluh berperan menyadarkan petani dengan
mengajarkan petunjuk ini kepada petani, agar tercipta keadaan komunikan yang
sangat mendukung terciptanya komunikasi yang efektif. Petunjuk ini juga harus
dimiliki oleh seorang penyuluh untuk ke-efektifan mendengarkan. Namun, tidak
semua petani tidak memiliki kemampuan mendengar yang baik, maka penyuluh harus
mampu memetakan kemampuan subjek penyuluhan agar dapat menentukan kemampuan
yang belum dimiliki komunikan dalam berkomunikasi yang baik.
Tingkat pengetahuan komunikan juga
hal yang sangat mempengaruhi ke-efektifan komunikasi dari factor komunikan.
Dalam hal ini pengetahuan yang harus dimiliki oleh komunikan adalah tentang
sumber komunikasi, bahasa yang digunakan dalam komunikasi, tulisan, isyarat
yang dipergunakan komunikator dan pengetahuan dasar yang menyangkut materi
penyuluhan. Semakin tinggi pengetahuan tentang materi atau isi pesan yang
ditransaksikan dalam sebuah penyuluhan akan semakin tinggi ke-efektifan sebuah
komunikasi penyuluhan. Dalam mendukung komunikasi efektif sebaiknya penyuluhan
dimulai dari hal-hal yang diketahui oleh komunikan.
Semua factor di atas berpengaruh
dengan mempertimbangkan hubungan antara sumber dengan penerima ini dalam
kaitannya dengan keadaan system social budaya di mana komunikasi sedang
berlangsung. Status sosial komunikan, keanggotaannya dalam kelompok, dan aturan
berperilaku mempengaruhi cara komunikan menerima dan menginterpretasikan pesan
yang diterimanya. Komunikan juga harus mengetahui budaya komunikator, sehingga
antara komunikator dan komunikan saling menyesuaikan diri, maka komunikasi yang
partisipatif dapat tercipta.
PENGOLAHAN PESAN
Pesan dalam penyuluhan pertanian
adalah semua informasi yang bertujuan untuk membantu petani dalam memperbaiki
metode dan teknik pertaniannya, guna meningkatkan efisiensi produksi dan
pendapatan mereka, memperbaiki meningkatkan tingkat kehidupan dan meningkatkan
tingkat pendidikan dan social masyarakat desa pada umumnya. “Ada beberapa
factor pesan yang mempengaruhi sebuah komunikasi yang efektif, meliputi kode
pesan, isi pesan, dan perlakuan terhadap pesan” (Yuhana, dkk. 2008).
“Kode pesan adalah setiap kelompok
symbol yang berstruktur dan bermakna bagi sejumlah orang. Contohnya adalah
bahasa” (Yuhana dkk. 2008). Symbol ini dipertukarkan dalam penyuluhan. Tidak
adanya kesamaan makna pengunaan simbol dalam penyuluhan akan menimbulkan
masalah yang berakhir pada tidak efektifnya komunikasi. Sebagai penyuluh yang
memiliki peran sebagai pemberi informasi dalam bentuk symbol-simbol, sebaiknya
menggunakan symbol-simbol yang memiliki makna yang sama dengan subjek
penyuluhan. Pengetahuan akan symbol-simbol yang sering digunakan oleh petani
akan sangat membantu penyuluh dalam menyampaikan pesan penyuluhan. Dengan kata
lain penyuluhan dengan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti petani akan
sangat membantu petani dapam menangkap pesan penyuluhan. Cara yang lain adalah
dengan menggunakan sumber daya local untuk menjelaskan suatu hal atau dengan
menggunakan ilustrasi yang mudah dipahami petani.
Isi pesan adalah bahan yang telah
dipilih oleh penyuluh untuk mengekspresikan tujuan penyuluhan. Isi pesan berupa
informasi tentang penyuluhan. Dalam penyuluhan, pesan yang cenderung mereka
terima dalam penyuluhan adalah pesan yang berdasarkan kebutuhan mereka. Menurut
Soekartawi (1988) isi pesan dalam komunikasi pertanian dapat berupa informasi
tentang:
- Bagaimana
meningkatkan produksi pertanian
- Bagaimana
memlihara lahan agar lahan terhindar dari erosi dan tetap subur
- Bagaimana
perlakuan pascapanen yang baik
- Bagaimana
adopsi teknologi yang baru harus dilakukan
- Bagaimana
melaksanakan kerjasama kelompok
- Bagaimana
meningkatkan pendapatan rumah tangga petani
- Bagaimana
berpartisipasi dalam kegiatan pedesaan, dan sebagainya.
Hal-hal tersebut di atas adalah isi
pesan yang lazimnya disampaikan oleh seorang penyuluh. Dengan mengadakan
pertukaran pesan yang meliputi informasi seperti yang disebutkan di atas, dapat
meningkatkan kesejahteraan petani dengan memahami kebutuhan mereka yang
sebenarnya yang dapat meningkatkan motivasi mereka untuk menerima apa yang
diajarkan oleh penyuluh.
Perlakuan terhadap pesan adalah
keputusan yang diambil oleh penyuluh dalam memilih dan menyusun kode dan
isi pesan. Soekartiwi (1988) menyatakan hal perlu diingat dalam komunikasi
adalah bahwa keberhasilan suatu komunikasi akan terjadi kalau ada pertisipasi
antara kedua belah pihak, komunikator dan komunikan. Komunikator harus
meningkatkan kemampuan dalam memberlakukan pesan se-kreatif mungkin tanpa
menghilangkan atau mengurangi makna yang dimaksud agar pesan yang disampaikan
dapat diterima oleh komunikan dan memiliki makna yang sama dengan yang dimaksud
oleh komunikator sehingga subjek penyuluhan menerapkannya dalam kehidupannya.
SALURAN KOMUNIKASI DALAM PENYULUHAN
Saluran komununikasi dalam penyuluhan pertanian
diartikan sebagai media yang digunakan untuk meneruskan pesan dari penyuluh
kepada petani sebagai subjek penyuluhan. Dalam komunikasi tatap muka, indera
penglihatan, pendengaran, dan perabaan adalah tiga indera yang paling sering
menerima rangsangan atau pesan penyuluhan.
Rogers dan Shoemaker dalam Machmud menyatakan bahwa
saluran interpersonal memungkinkan terjadinya komunikasi efektif …. Hal ini
dimungkinkan oleh dua alasan utama. Pertama, komunikasi interpersonal
memberikan pertukaran komunikasi dua arah, di mana individu atau partisipan
komunikasi dapat menjamin adanya kejelasan atau bisa memberikan tambahan
informasi tentang inovasi dari orang lainnya secara langsung melalui suatu
jaringan komunikasi. Kedua, komunikasi interpersonal mampu membujuk individu
untuk membentuk atau merubah sikap secara kuat, khususnya sikap positif dan mau
mengadopsi inovasi. Saluran komunikasi ini adalah saluran komunikasi tatap muka
yang dapat meningkatkan umpan balik yang sangat mendukung dalam penciptaan
komunikasi partisipatif. Dalam komunikasi penyuluhan saluran yang lazim
digunakan adalah saluran tatap muka yang sangat mendukung terjadinya komunikasi
penyuluhan yang efektif.
Komunikasi tatap muka merupakan komunikasi bersaluran
banyak. Dalam waktu yang bersamaan, penyuluh mengolah informasi penyuluhan
dengan sejumlah saluran yang berbeda. Secara umum, semakin banyak saluran yang
digunakan dalam komunikasi, semakin banyak jumlah rangsangan komunikasi yang
disampaikan. Semakin banyaknya rangsangan komunikasi, makna pesan yang ingin
disampaikan oleh penyuluh akan semakin sama dengan yang di-interpretasikan oleh
subjek penyuluhan. Seorang penyuluh juga perlu mempertimbangakan tipe
pendekatan sebagai saluran komunikasi yang dilakukan dengan jenis metode
penyuluhan yang sangat mempengaruhi ke-efektifan penyampaian pesan penyuluhan.
Table 1. hubungan Tipe Pendekatan (saluran komunikasi)
dengan Jenis Metode Penyuluhan
Tipe pendekatan
|
Jenis metode penyuluhan
|
Per-orangan
|
Demonstrasi (demonstrasi hasil, demonstrasi cara,
demplot, demonstrasi area)
|
Per-orangan dan kelompok
|
Ceramah umum, diskusi, informasi dari surat kabar,
siaran radio dan TV, pameran, karyawisata, widyawisata, dan demonstrasi.
|
Massal
|
Informasi dari surat kabar, majalah,poster, leaflet
siaran radio dan TV
|
Massal dan kelompok
|
Ceramah umum, diskusi, informasi dari kelompok,
majalah, poster, leaflet, siaran radio dan TV, pameran dan widyawisata.
|
Sumber: Machmud SM. 2006
DAFTAR PUSTAKA
Machmud SM. 2006. Penyuluhan Pertanian: Bahan Ajar Kuliah
Ilmu penyuluhan. IPB.
Mardikanto, Totok. 1992. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret
University Press.
Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian.
Universitas Indonesia: UI Press.
Tubs,Steward L dan Sylvia Moss. 1996. Human communication. Prinsip-Prinsip
Dasar. Terjemahan oleh Dedy Mulyana dan
Gembirasari. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Turindra, Azis. 2011. Proses Komunikasi Dalam Penyuluhan. file:///D:/proses-komunikasi-dalam-penyuluhan.html
Yuhana Ida, dkk. 2008. Dasar-Dasar
Komunikasi: Bahan
kuliah. IPB.