Thursday, December 19, 2013

MAKALAH PERLINDUNGAN TANAMAN Penyakit Hawar Daun Kentang Phytophthora infestans

BAB I
PENDAHULUAN

Kentang merupakan salah satu komoditas sayuran yang penting di Indonesia. Penyakit hawar daun yang disebabkan oleh jamur Phytophthora infestans adalah penyakit yang sangat penting pada tanaman kentang di Indonesia. Penyakit ini mempunyai makna sejarah yang penting di Eropa, karena pada periode 1830-1845 telah menimbulkan kerusakan pada pertanaman kentang di Eropa dan Amerika. Kerusakan yang ditimbulkan penyakit tersebut telah menimbulkan kelaparan besar di Irlandia yang mengakibatkan ratusan ribu penduduk meninggal. Peristiwa ini dikenal dalam sejarah sebagai The Great Famine. Sejak saat itu, penyakit ini telah menjadi kendala utama produksi kedua komoditas pertanian tersebut di dunia, terutama di daerah yang beriklim sejuk dan lembab.
Pada kentang, patogen hawar daun mula-mula dideskripsi di Perancis pada tahun 1845 oleh Montagne. Pada tahun 1876, setelah melakukan penelitian selama bertahun-tahun, Anton de Bary mengukuhkan nama patogen Phytophthora infestans sebagai penyebab penyakit hawar daun pada kentang. Listanto (2010) menyatakan bahwa Phytophthora infestans merupakan pathogen yang tergolong kelas Oomycetes, ordo Peronosporales dan family Pythiaceae. Phytophthora infestans dikenal sebagai pathogen yang menyerang tanaman kentang dengan menyebabkan timbulnya busuk daun atau hawar daun. Penyakit ini telah menjadi perhatian serius oleh para pemulia kentang di seluruh dunia. Penyakit ini dapat menyebabkan kegagalan panen, penurunan hasil, kehilangan dalam penyimpanan dan peningkatan biaya proteksi tanaman

BAB II
PERUMUSAN MASALAH

1.      Apa penyebab.timbulnya Penyakit Hawar Daun pada Tanaman Kentang ?
2.      Apa saja gejala Serangan Penyakit Hawar Daun ?
3.      Bagaimana Morfologi dan Daur Penyakit  Hawar Daun ?
4.      Dimana sajakah Daerah Sebaran Penyakit Hawar Daun ?
5.      Bagaimanakah Pengendalian Penyakit Hawar Daun ?

BAB III
PEMBAHASAN

A. Profil Tanaman Kentang(Solanum tuberosum L)
Tanaman ini berasal dari daerah subtropis di Eropa yang masuk ke Indonesia pada saat bangsa Eropa memasuki Indonesia di sekitar abad ke 17 atau 18. Sentra tanaman yang utama adalah Lembang dan Pangalengan (Jawa Barat), Magelang (Jawa Timur), Bali. Produksi kentang pada tahun 1998 mencapai 1.011.316 ton. Kentang (Solanum tuberosum L) termasuk jenis tanaman sayuran semusim, berumur pendek dan berbentuk perdu/semak. Kentang termasuk tanaman semusim karena hanya satu kali berproduksi, setelah itu mati. Umur tanaman kentang antara 90-180 hari. Dalam dunia tumbuhan, kentang diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Species : Solanun tuberosum L.
Dari tanaman ini dikenal pula spesies-spesies lain yang merupakan spesies liar, di antaranya Solanum andigenum L, Solanum anglgenum L, Solanum demissum L dan lain-lain. Varitas kentang yang banyak ditanam di Indonesia adalah kentang kuning varitas Granola, Atlantis, Cipanas dan Segunung
Melihat kandungan gizinya, kentang merupakan sumber utama karbohidrat. Kentang menjadi makanan pokok di banyak negara barat. Zat-zat gizi yang terkandung dalam 100 gram bahan adalah kalori 347 kal, protein 0,3 gram, lemak 0,1 gram, karbohidrat 85,6 gram, kalsium (Ca) 20 gram, fosfor (P) 30 mg, besi (Fe) 0,5 mg dan vitamin B 0,04 mg.

B. Penyakit Hawar Daun pada Tanaman Kentang
Hawar daun kentang (Phytoptora infestans)
Nama latin                         : Phytophthora infestans
Nama umum                      : busuk daun kentang

Kingdom                        : Chromalveolata
Filum                              : Herokontophyta
Kelas                              : Oomycetes 
Ordo                               : Peronosporales
Family                            : Phythiaceae
Genus                             : Phytophthora
Spesies                           : Phytophthora infestans

Tipe gejala penyakit: Gejala nekrotik
Patogen penyebab penyakit: jamur
Inang utama                      : Kentang
Inang alternatif                 : melon, tomat
C. Gejala Serangan Penyakit Hawar Daun
Penyakit hawar daun kentang disebabkan oleh cendawan Phytophthora infestans , yang semula disebut Botrytis infestans Mont. Miselium interseluler tidak bersekat, mempunyai banyak houstorium. Konidiofor keluar dari mulut kulit, berkumpul 1-5, dengan percabangan simpodial, mempunyai bengkakan yang khas. Konidium berbentuk buah peer, 22-32 x 16-24 µm, berinti banyak 7-32. Konidium berkecambah secara tidak langsung dengan membentuk hifa (benang) baru, atau secara tidak langsung dengan membantuk spora kembara, konidium dapat juga disebut sebagai sporangium atau zoosporangium. Cendawan ini dapat membentuk oospora meskipun agak jarang.
Jamur Phytophthora infestans diketahui mempunyai banyak ras fisiologi.
Gejala awal bercak pada bagian tepi dan ujung daun, bercak melebar dan terbentuk daerah nekrotik yang berwarna coklat. Bercak dikelilingi oleh massa sporangium yang berwarna putih dengan belakang hijau kelabu. Serangan dapat menyebar ke batang, tangkai dan umbi. Perkembangan bercak penyakit pada daun paling cepat terjadi pada suhu 18˚C – 20˚C. Pada suhu udara 30˚C perkembangan bercak terhambat. Oleh karena itu di dataran rendah ( kurang dari 500 dpl ) penyakit busuk daun tidak merupakan masalah. Epidemi penyakit busuk daun biasanya terjadi pada suhu 16˚C – 24˚C. Didataran tinggi di Jawa, busuk daun terutama berkembang hebat pada musim hujan yang dingin, antara bulan Desember dan Februari.
Daun-daun yang sakit mempunyai bercak-bercak nekrotik pada tepi dan ujungnya. Kalau suhu tidak terlalu rendah dan kelembaban cukup tinggi, bercak-bercak tadi akan meluas dengan cepat dan mematikan seluruh daun. Bahkan kalau cuaca sedemikian berlangsung lama, seluruh bagian tanaman di atasakan mati. Dalam cuaca yang kering jumlah bercak terbatas, segera mengering dan tidak meluas. Umumnya gejala baru tampak bila tanaman berumur lebih dari satu bulan, meskipun kadang-kadang sudah terlihat pada tanaman yang berumur 3 minggu.
Pembentukan penyakit busuk daun ini bervariasi sesuai kondisi lingkungan. Kelembaban relative, suhu, intensitas cahaya, dan pemeliharaan kentang itu sendiri akan mempengaruhi gejala yang timbul. Daun yang sakit terlihat berbecak – bercak pada ujung dan tepi daunnya dan dapat meluas ke bawah serta mematikan seluruh daun dalam waktu 1 sampai 4 hari; hal ini terjadi jika udara lembab. Bila udara kering jumlah daun yang terserang terbatas, bercak – bercak tetap kecil dan jadi kering dan tidak menular ke daun lainnya.
Di lingkungan tropis, tanaman kentang akan terus berkembang, sehingga udara umumnya inokulum memulai awal terjadinya penyakit pada lahan baru. Di daerah dataran rendah, tanah atau sisa – sisa tanaman diperkirakan menjadi tempat yang sesuai bagi pathogen antara musim. Jamur juga akan bertahan hidup dalam umbi yang terinfeksi tetap di tanah dari musim sebelumnya. Benih juga bisa terinfeksi dan menjadi tempat hidup pathogen. Ketika tunas baru dihasilkan dari benih atau umbi tua yang terinfeksi, jamur tersebut akan menginfeksi tunas baru tersebut, kemudian sporulates dari pertumbuhan baru ini serta sporangia akan tersebar di udara atau di air.
 Serangan berat terjadi pada bulan Oktober-Februari. Jika suhu tidak terlalu rendah dan kelembaban cukup tinggi, bercak-bercak tersebut akan meluas dengan cepat dan menyebabkan kematian seluruh daun.Bahkan jika cuaca demikian berlangsung lama, seluruh bagian tanaman di atasakan mati. Dalam cuaca yang kering jumlah bercak terbatas, segera mengeringdan tidak meluas. Umumnya gejala baru tampak bila tanaman berumur lebih darisatu bulan, meskipun kadang-kadang sudah terlihat pada tanaman yang berumur 3 minggu
Phytophthora infestans dapat juga menyerang umbi, jika keadaan baik bagi pertumbuhannya pada umbi terjadi bercak yang agak mengendap, berwarnacoklat atau hitam ungu, yang masuk sampai 3-6 mm ke dalam umbi. Bagian yangterserang ini tidak menjadi lunak. Bagian yang busuk kering tadi dapat terbatassebagai bercak-bercak kecil, tetapi dapat juga meliputi suatu bagian yang luaspada satu umbi. Gejala ini dapat tampak pada waktu umbi digali, tetapi seringtampak jelas setelah umbi disimpan
D. Morfologi dan Daur Penyakit  Hawar Daun 
1. Morfologi
Phytophthora infestans memiliki bentuk miselium interseluler tidak bersekat, mempunyai banyak houstorium. Konidiofor keluar dari mulut kulit,berkumpul 1-5, dengan percabangan simpodial, mempunyai bengkakan yangkhas. Konidium berbentuk buah peer, 22-32 x 16-24 µm, berinti banyak 7-32. Konidium berkecambah secara tidak langsung denganmembentuk hifa (benang) baru, atau secara tidak langsung dengan membantuk spora kembara, konidium dapat juga disebut sebagai sporangium atau zoosporangium. Cendawan ini dapat membentuk oospora meskipun agak jarang. 
2. Siklus hidup Phytophthora infestans
Patogen dapat tersebar sampai ke batang dengan sangat cepat dalam jaringan korteks yang menyebabkan kerusakan sel didalamnya. Selanjutnya, miselium tumbuh diantara isi sel batang, tetapi jarang terdapat dalam jaringan vaskuler. Miselium tumbuh menembus batang sampai ke permukaan tanah. Ketika mesilium mencapai udara disekitar bagian tanaman miselium memproduksi sporangiospor yang dapat menembus stomata dan menetap serta menyebar melalui daun. Sporangiospor akan terlepas dan menyebabkan infeksi baru, sel-sel dimana miselium berada dapat mati dan menjadi busuk, miselium menyebar luas sampai ke bagian yang sehat. Beberapa hari setelah infeksi baru, sporangiospor timbul dari stomata dan memproduksi banyak sporangia yang dapat menginfeksi tanaman baru. Selama musin hujan, sporangia terbawa sampai ke tanah. Umbi dekat permukaan tanah dapat terserang zoospore yang bertunas dan berpenetrasi pada umbi menembus lenti sel atau melalui luka alami atau luka akibat serangga dan alat pertanian.
Cendawan Phytophthora infestans dapat mempertahankan diri dari musim kemusim dalam umbi-umbi yang sakit, jika umbi yang sakit ditanam, cendawan ini dapat naik ke tunas muda yang baru saja tumbuh dan membentuk banyak konidium atau sporangium. Demikian pula umbi-umbi sakit yang dibuang, dalam keadaan yang cocok dapat bertunas dan menyebarkan konidium. Karena cendawan ini dapat membentuk oospora, maka cendawan dapat mempertahankan diri dalam bentuk ini juga, dan konidium dapat dipencarkan oleh angin dari sumber infeksi ke tanaman lain.
Daur hidup dimulai saat sporangium terbawa oleh angin. Jika jatuh pada setetes air pada tanaman yang rentan, sporangium akan mengeluarkan spora kembara (zoospora), yang seterusnya membentuk pembuluh kecambah yang mengadakan infeksi. Ini terjadi ketika berada dalam kondisi basah dan dingin yang disebut dengan perkecambahan tidak langsung. Spora ini akan berenang sampai menemukan tempat inangnya. Ketika keadaan lebih panas, Phytophthora infestans akan menginfeksi tanaman dengan perkecambahan langsung, yaitu germ tube yang terbentuk dari sporangium akan menembus jaringan inang yang akan membiarkan parasit tersebut untuk memperoleh nutrient dari tubuh inangnya.
E. Daerah Sebaran Penyakit Hawar Daun
Hawar daun atau busuk daun (Phytophthora infestans) merupakan penyakit utama pada tanaman kentang dan beberapa spesies dan famili Solanaceae dan menimbulkan kerugian yang sangat besar di setiap pertanaman kentang dengan menunjukkan efek pada produksi umbi. Penyakit ini telah dijumpai sejak awal kedua tanaman tersebut dibudidayakan oleh petani, yaitu pada tahun 1794. Penyakit hawar daun ini menyebar luas disemua tempat pertanaman kentang di dunia. Di Indonesia diketahui bahwa penyakit ini terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Sulawesi Selatan dan dijumpai di Amerika Serikat, Irlandia, Jerman, Thailand, Malaysia, Belanda, dan Kepulauan Pasifik Selatan. Diduga penyakit ini semula berasal dari bibit kentang yang diimpor dari Eropa.
Di lapang, penyakit ini mula-mula menyerang daun kentang atau tomat. Pada infeksi yang berat seluruh daun yang terinfeksi mem-busuk, sehingga akhirnya tanaman mati. Penyakit ini juga dapat menyerang umbi kentang, meskipun di Indonesia jarang ditemukan gejala infeksi pada umbi. Infestasi penyakit hawar daun kentang tertinggi di Indonesia adalah Provinsi Jawa Tengah, karena Provinsi ini memiliki area perta-naman kentang yang paling luas, yaitu di Kabupaten Wonosobo. 
Kerusakan oleh penyakit hawar daun dapat mengakibatkan penurunan hasil antara 10-100%. Di Belarusia tahun 1999 Phytophthora infestans dapat menyerang daun-daun tanaman bagian atas (daun muda) pada awal periode pertumbuhan vegetatif tanaman dengan tingkat kerusakan daun mencapai 80-100% pada varietas yang berumur genjah, dan 70-80% pada varietas yang berumur sedang dan dalam.
F. Pengendalian Penyakit Hawar Daun
1. Kultur Teknis
Berupa upaya sanitasi(Menjaga kebersihan lahan) lahan dari sejak awal kegiatan budidaya,sehingga lahan mencegah terjadinya kondisi yang  sesuai bagi vector pembawa penyakit, Menanam jenis – jenis tanaman yang tahan. Penggunaan varietas tahan merupakan salah satu cara pengendalian hawar daun ini.
2.Mekanis
Yaitu berupa membuang tanaman yang terkena penyakit sehingga tidak menyebar ke tumbuhan lain, sisa-sisa tanaman yang sakit harus segera dimusnahkan ( dibakar ) agar daur hidup jamur dapat diputuskan.
3.Kimiawi
Menggunakan Antracol 70 WP, Dithane M-45, Brestan 60, Polyram 80 WP, Velimek 80 WP dan lain-lain.
4.Pengendalian Hama Terpadu
Pada prinsipnya, konsep pengendalian hama terpadu adalah pengendalian hama yang dilakukan dengan mengggunakan kekuatan unsur-unsur alami yang mampu mengendalikan hama agar tetap berada pada jumlah di bawah ambang batas yang merugikan. Pengendalian hama terpadu berpegang pada prinsi-prinsip sebagai berikut :
a. Pemanfaatan pengandalian alami (secara biologis dan mekanis) seoptimal mungkin, dengan mengurangi tindakan-tindakan yang dapat mematikan musuh alami atau organism yang bukan sasaran.
b. Pengolahan ekosistem dengan mengubah mikrohabitat sehingga tidak menguntungkan bagi kehidupan organism pengganggu (hama dan pathogen), melalui teknik budidaya yang intensif
c. Penggunaan pestisida secara bijaksana, yaitu dengan memperhatikan waktu, dosis, dan efektivitas.


BAB IV
KESIMPULAN

Dari pembahasan tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan antaralainn :
1.      Penyakit hawar daun kentang disebabkan oleh cendawan Phytophthora infestans , yang semula disebut Botrytis infestans Mont.
2.      Gejala serangan (cirri-ciri penyakit): gejalanya pada tepi-tepi daun ditemukan bercak-bercak terutama pada suhu rendah, kelembapan tinggi, dan curah hujan tinggi. Phytophthora infestans memiliki bentuk miselium interseluler tidak bersekat, mempunyai banyak houstorium. Konidiofor keluar dari mulut kulit,berkumpul 1-5, dengan percabangan simpodial, mempunyai bengkakan yangkhas. Konidium berbentuk buah peer, 22-32 x 16-24 µm, berinti banyak 7-32
3.      Siklus Hidup Phitophtora infestans;Patogen dapat tersebar sampai ke batang dengan sangat cepat dalam jaringan korteks yang menyebabkan kerusakan sel didalamnya. Selanjutnya, miselium tumbuh diantara isi sel batang, tetapi jarang terdapat dalam jaringan vaskuler. Miselium tumbuh menembus batang sampai ke permukaan tanah. Ketika mesilium mencapai udara disekitar bagian tanaman miselium memproduksi sporangiospor yang dapat menembus stomata dan menetap serta menyebar melalui daun. Sporangiospor akan terlepas dan menyebabkan infeksi baru, sel-sel dimana miselium berada dapat mati dan menjadi busuk, miselium menyebar luas sampai ke bagian yang sehat. Beberapa hari setelah infeksi baru, sporangiospor timbul dari stomata dan memproduksi banyak sporangia yang dapat menginfeksi tanaman baru.
4.      Penyakit hawar daun ini menyebar luas disemua tempat pertanaman kentang di dunia. Di Indonesia diketahui bahwa penyakit ini terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Sulawesi Selatan dan dijumpai di Amerika Serikat, Irlandia, Jerman, Thailand, Malaysia, Belanda, dan Kepulauan Pasifik Selatan. Diduga penyakit ini semula berasal dari bibit kentang yang diimpor dari Eropa.
5. Pengendalian penyakit ini diantaranya melalui beberapa metode ;1.Kultur Teknis,2.Mekanis,3.Kimiawi,4.Pengendalian Hama Terpadu

DAFTAR PUSTAKA
Andrian 2010. Budidaya Kentang. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Cahyadi A 2009. Simulasi Model Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum) dan Prediksi Kejadian Penyakit Hawar Daun Kentang (Phytophthora infestans). J. Agrosains 3(2): 14-26.
Lengkong F 2008. Penyakit Hawar Daun (Late Blight) : Permasalahan, Identifikasi dan Seleksi Tanaman Tahan Penyakit. J. Agronomika 1(3): 126-135.
Ambarwati D A 2012. Pemanfaatan Tanaman Kentang Transgenik RB untuk Perakitan Kentang Tahan Penyakit Hawar Daun (Phytophthora infestans) di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 31(3) : 94-102
Listanto E 2010. Ekspresi Gen RB pada Tanaman Kentang Kultivar Granola untuk Meningkatkan Ketahanan terhadap Penyakit Hawar Daun (Phytophthora infestans ). Jurnal  Budidaya Pertanian Stiper Sriwigama 2(1): 156-176.
Suryana D 2001. Cara Menanam Kentang. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama
Vina F 2008. Perampok di Ladang Kentang. Jakarta: PT Trubus Media Swadaya


Wednesday, December 18, 2013

MAKALAH PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN Komunikasi dalam Penyuluhan Pertanian

LATAR BELAKANG
Penyuluhan pertanian didefinisikan sebagai suatu sistem pendidikan di luar sekolah untuk keluarga-keluarga tani di pedesaan, di mana mereka belajar sambil berbuat untuk menjadi mau, tahu dan bisa menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang dihadapinya secara baik, menguntungkan dan memuaskan (Wiriaatmaja, 1986). Atau dengan kata lain kegiatan penyuluhan pertanian adalah suatu kegiatan penyampaian informasi kepada orang lain, dengan harapan orang tersebut dapat berubah perilakunya dengan mau melaksanakan informasi yang disampaikan.
Seseorang berubah perilakunya dapat disebabkan setelah berinteraksi dengan orang lain. Bila kita ingin berinteraksi dengan orang lain, maka komunikasi amat diperlukan. Sehingga informasi apa yang ingin kita sampaikan dapat diterima oleh mereka. Berbicara penyuluhan, penyuluhan adalah proses pendidikan nonformal, yang intinya ingin merubah perilaku dari sasaran penyuluhan itu. Perubahan perilaku dapat terjadi apabila terjadi interaksi penyuluh yang akan menyampaikan informasi baru dengan sasaran dengan melakukan komunikasi dengan baik. Pertanyaannya, apakah komunikasi sudah berjalan dengan baik?. Penyuluh pertanian dapat dan harus menggunakan teknik-teknik komunikasi yang paling efektif agar sasaran mau menerapkan pengetahuan barunya itu. Melalui komunikasi yang efektif dapat menunjang keberhasilan penyuluhan pertanian.
Dalam kegiatan penyuluhan pertanian, komunikasi menjadi sebuah faktor penting yang dapat menunjang tercapainya tujuan-tujuan penyuluhan. Disini, komunikan dituntut untuk memiliki sebuah strategi komunikasi agar objek penyuluhan dapat menerima pesan dengan baik dan tidak terjadi missunderstanding dalam proses penyuluhan ini.
Setiap petani di suatu daerah pertanian memiliki karakteristik yang berbeda-beda, oleh karenanya penyajian komunikasinya pun perlu disesuaikan dengan daerah masing-masing petani. Para petani yang masih berada di daerah pedesaan yang terisolir tentunya lebih efektif jika diberikan penyuluhan dengan metode dialog dua arah serta pendekatan interpersonal. Terdapat korelasi positif yang nyata antara kompetensi komunikasi yang dimiliki oleh penyuluh terhadap perilaku petani dalam mengelola sumber daya yang dimiliki. Selain faktor keterisoliran dan kompetensi komunikasi, strategi komunikasi pun berpengaruh terhadap efektifitas komunikasi. Hal ini didukung oleh terbagi-baginya tipe penerima respon penyuluhan, mulai dari kelompok inovator; early adopter, early mayority, late adopter dan kelompok penolak inovasi yang bersifat apatis (lagger).
Oleh karenanya, diperlukan sebuah kajian mendalam untuk mengetahui bagaimana seharusnya penyajian komunikasi pertanian yang efektif dalam kegiatan penyuluhan terhadap ragam petani yang tersebar di berbagai daerah agar para petani dapat tercerahkan dan berkembang cara berpikirnya.

KOMUNIKASI
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia, dan yang dinyatakannya itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai penyalurnya. Dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan (Effendi, Onong Uchjana, 1995: 9).
Sementara untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Paradigma Laswell menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur yakni: Komunikator, Pesan, Media, Komunikan, dan Efek. Jadi, menurut Lasswell dalam Effendy, Onong Uchjana(1995: 10) bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.
Dengan demikian komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan. Jika tidak terjadi kesamaan makna antara komunikator dan komunikan, dengan kata lain jika komunikan tidak mengerti pesan yang tidak diterimanya, maka komunikasi tidak terjadi. Dalam rumusan lain, situasi tidak komunikatif. Menurut Fisher dalam Arifin, Anwar(1995: 20), menyatakan bahwa tidak ada persoalan sosial dari waktu yang tidak melibatkan komunikasi.
Secara sederhana proses komunikasi oleh Schramm (1977) diartikan sebagai proses penggunaan pesan oleh dua orang atau lebih, dimana semua pihak saling berganti peran sebagai pengirim dan penerima pesan, sampai ada saling pemahaman atas pesan yang disampaikan oleh semua pihak.Oleh karena itu, model komunikasi tidak lagi bersifat garis-lurus (linier), tetapi bersifat memusat (convergence), seperti yang dapat kita bandingkan pada gambar dibawah ini:
Tentang moel komunikasi memusat, Koncald (1979) menjelaskan adanya komponen dasar dari model komunikasi tersebut yang menekankan pada adanya tiga unsur pokok, yaitu realita fisik, realita psikologis, dan realita sosial yang akan dihadapi oleh semua pihak yang berkomunikasi.
REALITAS PSIKOLOGIS (a)

Interpretasi
 


Pemahaman




Pengertian - kepercayaan
REALITAS FISIK


INFORMASI


Tindakan           Tindakan


TINDAKAN KOLEKTIF
                             


KESEPAKATAN BERSAMA
 


PENGERTIAN BERSAMA


REALITAS SOSIAL
(adan b)
REALITAS PSIKOLOGIS (b)

Interpretasi


Pemahaman




Kepercayaan - pengertian
Komponen Dasar Dari Model Komunikasi Memusat
Sejalan dengan pemahaman tentang “komunikasi memusat” Soemardjo (1999) mengemukakan bahwa dari hasil penelitiannya terbukti memberikan pengaruh signifikan terhadap mutu penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh untuk memandirikan petani. Dengan kata lain, proses penyuluhan partisipatip yang dibarengi dengan proses komunikasi memusat tersebut merupakan metoda yang layak dikembangkan.
Terkait dengan proses komunikasi memusat dalam kegiatan penyuluhan tersebut, dapat ditarik pokok-pokok pemahaman sebagai berikut:
1)      Proses komunikasi di dalam penyuluhan, harus merupakan proses komunikasi timbal-balik, dan bukannya komunikasi searah yang sering dilakukan di dalam proses penerangan yang dilakukan melalui media-masa.
2)      Kedudukan penyuluh adalah sejajar dengan kliennya dan stakeholder yang lain. Artinya, setiap penyuluh harus menghargai dan mau mendengarkan respon yang diberi-kan oleh masyarakat yang menjadi kliennya, dalam proses belajar bersama.
3)      Respon yang diberikan oleh klien, tidak harus sesuai dengan yang diharapkan oleh penyuluhnya. Yang penting, selama komunikasi harus terjadi interaksi yang saling menghargai pendapat pihak yang lainnya, sebagai masuk-an yang perlu dipikirkan sebagai rangsangan terjadinya proses belajar.Dengan demikian, semua pihak benar-benar mengalami proses belajar bersama.
Di dalam kegiatan penyuluhan pertanian proses komunikasi antara penyuluh dan sasarannya juga tidak hanya terhenti jika penyuluh telah menyampaiakn inovasi atau jika sasaran telah menerima pesan tentang inovasi yang telah disampaikan penyuluhnya, tetapi sering kali (dan seharusnya memang begitu) komunikasi baru berhenti jika sasaran telah memberikan tanggapan seperti yang dikendaki oleh penyuluhnya yaitu berupa penerimaan dan penerapan inovasi tersebut didalam praktek berusaha tani, baik yang ditunjukan dalam perubahan pengetahuan, sikap, atau keterampilannya.

KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
Dalam proses komunikasi terdapat  lima komponen atau unsur penting dalam komunikasi yang harus kita perhatikan yaitu: sender, massage, delivery channel atau media, receiver dan efect/umpan balik (feedback).  Melalui proses komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.
Secara sederhana menurut Tubbs dan Moss (1996) komunikasi dikatakan efektif bila orang berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkannya.  Sebenarnya ini hanya salah satu ukuran bagi efektivitas komunikasi.  Secara umum, komunikasi dikatakan efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan oleh pengirim atau sumber berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima.

SYARAT KOMUNIKASI EFEKTIF
Syarat utama dalam komunikasi efektif adalah karakter yang kokoh yang dibangun dari fondasi integritas pribadi yang kuat, disertai dengan kepercayaan pada orang lain. Covey mengusulkan ada enam hal utama yang dapat menambah kekuatan emosi dalam menjalin hubungan  dengan sesama yaitu :
a. Berusaha benar-benar mengerti orang lain
Ini adalah dasar dari apa yang disebut emphatetic communication (komunikasi empatik). Ketika  berkomunikasi dengan orang lain, kita mungkin mengabaikan orang itu dengan tidak serius membangun hubungan yang baik. Kita mungkin berpura-pura. Kita mungkin secara selektif berkomunikasi pada saat kita memerlukannya, atau kita membangun komunikasi yang atentif (penuh perhatian) tetapi tidak benar-benar berasal dari dalam diri kita.
Bentuk komunikasi tertinggi adalah komunikasi empatik, yaitu melakukan komunikasi untuk terlebih dahulu mengerti orang lain – memahami karakter dan maksud/tujuan atau peran orang lain.
Kebaikan dan sopan santun yang kecil-kecil begitu penting dalam suatu hubungan – hal-hal yang kecil adalah hal-hal yang besar.
b. Memenuhi komitmen atau janji
c. Menjelaskan harapan
Penyebab dari hampir semua kesulitan dalam hubungan berakar di dalam harapan yang bertentangan atau berbeda sekitar peran dan tujuan. Harapan harus dinyatakan secara eksplisit.
d. Meminta maaf
e.  Integritas
Integritas merupakan fondasi utama dalam membangun komunikasi yang efektif. Karena tidak ada persahabatan atau teamwork tanpa ada kepercayaan (trust), dan tidak akan ada kepercayaan tanpa ada integritas. Integritas mencakup hal-hal yang lebih dari sekadar kejujuran (honesty). Kejujuran mengatakan kebenaran atau menyesuaikan kata-kata kita dengan realitas. Integritas adalah menyesuaikan realitas dengan kata-kata kita. Integritas bersifat aktif, sedangkan kejujuran bersifat pasif.
Setelah kita memiliki fondasi utama dalam membangun komunikasi yang efektif, maka hal berikut adalah kita perlu memperhatikan adalah
Limahukum komunikasi yang efektif yang dikembangkan dan rangkum dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH, yang berarti merengkuh atau meraih. Karena sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang lain.
1.      Respect
Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain.
2.      Empathy
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Dengan memahami dan mendengar orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain.
3.      Audible
Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan. Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus disampaikan melalui media atau delivery channel sedemikian hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan kita untuk menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio visual yang akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik. Dalam komunikasi personal hal ini berarti bahwa pesan disampaikan dengan cara atau sikap yang dapat diterima oleh penerima pesan.
4.      Clarity
Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Kesalahan penafsiran atau pesan yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan menimbulkan dampak yang tidak sederhana.
5.      Humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar.
Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima hukum pokok komunikasi yang efektif ini, maka kita dapat menjadi seorang komunikator yang handal dan pada gilirannya dapat membangun jaringan hubungan dengan orang lain yang penuh dengan penghargaan (respect), karena inilah yang dapat membangun hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan dan saling menguatkan.

PRINSIP DASAR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI
1.      Faktor teknis
Faktor yang bersifat teknis yaitu kurangnya penguasaan teknis komunikasi. Teknik komunikasi mencakup .unsur-unsur yang ada dalam komunikator dikala mengungkapkan pesan menjadi lambang-lambang.kejelian dalam memilih saluran, metode penyampaian pesan.
2.  Faktor perilaku
Bentuk dari perilaku yang dimaksud adalah perilaku komunikan yang bersifat: pandangan yang bersifat apriori, prasangka yang didasarkan atas emosi, suasana yang otoriter, ketidak mampuan untuk berubah vvalaupun salah, sifat yang egosentris.
3.  Faktor situasional
Kondisi dan situasi yang menghambat komunikasi misalnya situasi ekonomi, sosial, politik dan keamanan
4.  Keterbatasan waktu
Sering karena keterbatasan waktu orang tidak berkomunikasi, atau berkomunikasi secara tergesa-gesa, yang tentunya tidak akan bisa memenuhi persyaratan-persyaratan komunikasi.
5.  Jarak Psychologis/status social
Jarak psychologis biasanya terjadi akibat adanya perbedaan status, yaitu status sosial maupun status dalam pekerjaan. Misalnya, seorang pesuruh akan sulit berkomunikasi dengan seorang menteri karena ada jarak psichologis yaitu pesuruh merasa statusnya terlalu jauh terhadap  menteri. Selanjutnya, ada orang yang hanya ingin mendengar informasi yang dia senangi saja, sedangkan informasi lainnya tidak.
6.  Adanya evaluasi terlalu dini
Seringkali orang sudah mempunyai prasangka, atau sudah menarik suatu kesimpulan sebelum menerima keseluruhan informasi atau pesan. Hal ini jelas menghambat komunikasi yang baik.
7.  Lingkungan yang tidak mendukung
Komunikasi interpersonal akan lebih efektif jika dilakukan dalam lingkungan yang menunjang, berikut ini beberapa contoh suasana lingkungan yang tidak menunjang atau mendukung yaitu :
a.       Keadaan suhu (terlalu panas atau terlalu dingin)
b.      Keadaan ribut atau bising
c.       Lingkungan fisik yang tidak mendukung (ruang terlalu sempit/ kurang keleluasaan pribadi)
8. Keadaan si komunikator
Keadaan fisik dan perasaan komunikator sangat berpengaruh terhadap berhasil atau gagalnya komunikasi. Misalnya :
a.       Komunikator sedang mempunyai masalah pribadi hingga pikiran kacau. Hal ini akan mengakibatkan pesan yang disampaikannya juga kacau, tidak sistematis hingga membingungkan pendengar/sasaran.
b.      Komunikator sedang sakit, juga mempengaruhi komunikasi, atau kalau komunikator mempunyai cacat seperti suara sengau. gagap dan sebagainya akan mengakibatkan pesan yang disampaikan tidak jelas tertangkap oleh sasaran.
9. Gangguan bahasa
a. Komponen semantik: Gangguan semantik ialah gangguan komunikasi yang disebabkan karena kesalahan pada bahasa yang digunakan. Gangguan semantik sering terjadi karena:
1)      Kata-kata yang digunakan terlalu banyak memakai jargon bahasa asing sehingga sulit dimengerti oleh khalayak tertentu.
2)      Bahasa yang digunakan pembicara berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh penerima.
3)      Komponen semantik meliputi, pengetahuan objek, hubungan objek, dan hubungan peristiwa
b.  Komponen Struktur                        
Struktur bahasa yang digunakan tidak sebagaimana mestinya sehingga membingungkan penerima. Komponen Struktur meliputi, fonologi, morfologi, dan sintaksis.
c. Komponen Penggunaan / Pragmatik
Komponen pragmatik meliputi fungsi dan konteks. Penguasaan akan komponen ini menjadikan mampu mengawali komunikasi, memelihara komunikasi dan mengakhiri komunikasi (M. Lahey, 1989)
10. Rintangan fisik
Rintangan fisik adalah rintangan yang disebabkan karena kondisi geografis misalnya jarak yang jauh sehingga sulit dicapai, tidak adanya sarana kantor pos, kantor telepon, jalur transportasi dan semacamnya.
Dalam komunikasi antar manusia rintangan fisik bisa juga diartikan karena adanya gangguan organik, yakni tidak berfungsinya salah satu panca indra penerima.

MENGUKUR KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI
Bagaimana cara mengukur keefektifan komunikasi?  Kita tidak dapat menilai keefektifan komunikasi bila apa yang kita maksudkan tidak jelas;  kita harus benar-benar tahu apa yang kita inginkan.  Menurut Tubbs and Moss (1999) terdapat 5 hasil utama yang dapat dijadikan ukuran bagi komunikasi yang efektif :
1. Pemahaman
Penerimaan cermat atas kandungan rangsangan seperti yang dimaksudkan oleh pngirim pesan.  Komunikator dikatakan efektif bila penerima memperoleh pemahaman yang cermat atas pesan yang disampaikannya.
2. Kesenangan
Timbulnya rasa senang dan terhibur atau mempertahankan hubungan insani
3. Pengaruh pada sikap
4. Hubungan yang makin baik
5. Tindakan

PERAN KOMUNIKASI DALAM PENYULUHAN PERTANIAN
Ditinjau dari prosesnya, penyuluhan adalah komunikasi dalam arti kata ada dua komponen yaitu manusia, yang satu sebagai pemberi pesan atau komunikator dan satu lagi sebagai penerima pesan atau komunikan. Dalam proses ini penyuluh pertanian bertindak sebagai komunikator (pemberi pesan), sedangkan petani merupakan komunikan (penerima pesan). Perbedaan antara komunikasi dengan penyuluhan terletak pada tujuannya, dimana tujuan komunikasi sifatnya umum, sedangkan tujuan penyuluhan sifatnya khusus, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilannya. Tujuan akan tercapai bila terjadi komunikasi yang dapat dipahami. Komunikasi yang bagaimana yang menunjang tujuan penyuluhan mudah tercapai? Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi yang bersifat dua arah.
Namun bisa saja terjadi kesalahpahaman dalam komunikasi, dimana pesan tidak dapat dimengerti oleh penerima pesan dengan baik. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor penghambat komunikasi antara pengirim dan penerima pesan. Faktor-faktor penghambat komunikasi tersebut dapat dikelompokkan ke dalam empat masalah utama , dikemukakan oleh Purwanto, Djoko (2009: 13), mencakup: 1) masalah dalam mengembangkan pesan; 2) masalah dalam penyampaian pesan; 3) masalah dalam menerima pesan; 4) masalah dalam menafsirkan pesan.
Menghindari ini semua, dalam penyuluhan pertanian perlu dilakukan perencanaan terlebih dahulu, sehingga proses penyuluhan pertanian untuk membantu petani mencapai tujuannya dapat terlaksana dengan baik, dengan menghilangkan faktor penghambat yang kemungkinan besar dapat terjadi dalam komunikasi. Tampak peran komunikasi amat besar dalam kegiatan penyuluhan penyuluhan, yang akan mempengaruhi dari perencanaan hingga pelaksanaan dan evaluasinya.
Penyuluh sebagai komunikator yaitu penyampai pesan, sedangkan sasaran dalam hal ini disebut komunikan sangat yang dipengaruhi oleh latar belakangnya, baik secara individu maupun secara berkelompok. Untuk penyuluh sendiri adakah mereka siap melakukan komunikasi dari berbagi aspek, apakah pesan yang dibawanya sudah sesuai dengan apa yang diinginkan sasaran juga saluran atau media yang dilakukannya sudah sesuai?, sudah tepatkah metode yang digunakannya. Namun unsur yang paling utama dalam melakukan perubahan perilaku ini yaitu terjadinya komunikasi yang baik antara si pemberi pesan yaitu penyuluh, dengan si penerima pesan yaitu orang yang diharapkan perubahan perilakunya. Dalam sektor pertanian, apakah bagaimana pelaksanaan penyuluhan pertanian di tingkat lapangan, sudah berjalan lancar, dan sudahkah mencapai tujuan yang diharapkan?
Fenomena di tingkat lapangan menggambarkan masih lemahnya proses penyuluhan pertanian dengan dampak yang ada, disinyalir salah satu penyebabnya adalah hambatan komunikasi. Sebab dalam proses komunikasi tidak hanya sekedar berbicara saja, tapi pesan itu dapat disampaikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Hambatan komunikasi ini perlu ditelaah, apa yang menjadi penyebabnya. Bila perubahan perilaku sebagai bagian dari tujuan penyuluhan belum tercapai, jangan hanya sasaran yang dipersalahkan. jangan-jangan masalah nya justru berasal dari komunikator yaitu penyuluh sebagai pembawa pesan. Apa penyebabya apakah karena ketidaksiapan materi yang akan disampaikan, ataukah karena prasarana yang tidak memadai, bisa pula terjadi karena gangguan dalam proses penyampaiannya.
Kegagalan berkomunikasi sering menimbulkan kesalah pahaman, kerugian, dan bahkan malapetaka, Risiko tersebut tidak hanya pada tingkat individu, tetapi juga pada tingkat lembaga, komunitas, dan bahkan Negara. Untuk menjadi seorang komunikator yang efektif, harus berusaha menampilkan komunikasi (baik verbal maupun nonverbal) yang disengaja seraya memahami budaya orang lain.

TUJUAN KOMUNIKASI
Didalam setiap proses komunikasi, sedikitnya akan terkandung salah satu dari tiga macam tujuan komunikasi, yaitu:
1)      Informatif, memberikan informasi berita,
2)      Persuasive, membujuk dan
3)      Intertainment, memberikan hiburan
Dalam hubungan ini, komunikasi yang berlangsung selama proses penyuluhan selalu mengandung ketiga macam tujuan tersebut meskipun dengan kadar yang tidak selalu sama. Hal ini disebabkan karena tujuan utama penyuluhan adalah mendidik. Artinya, mempengaruhi orang lain agar mau menerima/melaksanakan informasi yang disampaikannya dengan senang hati. Meskipun demikian bobot “hiburan” harus dijaga untuk tidak selalu dominan, agar informasi yang diberikan dapat disampaikan dengan porsi yang lebih besar sehingga memungkinkan sasarannya memperolehnya cukup lengkap dan jelas.

KEJELASAN KOMUNIKASI
Agar penyuluhan dapat berlangsung sebagaimana yang diharapkan, perlu perhatian terhadap: "kejelasan komunikasi" yang sangat tergantung kepada keempat unsur komuni-kasinya,  yaitu:
1)      Unsur penyuluh dan sasarannya, yang merupakan unsur-unsur utama yang menentukan keberhasilan komunikasi. Di dalam kegiatan penyuluhan, sering muncul gangguan komunikasi yang disebabkan oleh:
b.      Kekurang trampilan penyuluh/sasaran untuk berkomunikasi,
c.       Kesenjangan tingkat pengetahuan penyuluh dan sasaran,
d.      Sikap yang kurang saling menerima dengan baik, dan
e.       Perbedaan latar belakang sosial budaya yang dimiliki oleh penyuluh dengan sasarannya.
Karena itu, penyuluh sangat dituntut untuk selalu berusaha:
a.       Meningkatkan ketrampilannya berkomunikasi,
b.      Menyampaikan pesan dengan cara/bahasa yang mudah dipahami,
c.       Bersikap baik (meskipun sadar tidak disukai),
d.      Memahami, mengikuti, atau setidak-tidaknya tidak menyinggung nilai-nilai sosial budaya sasaran (meskipun dia sendiri benar-benar tidak menyukainya).
2)      Unsur pesan
Persyaratan utama agar pesan dapat diterima dengan jelas oleh sasaran, haruslah diupayakan agar pesan tersebut berisi hal-hal yang nudah dipahami oleh sasaran, antara lain:
a.       Mengacu kepada kebutuhan masyarakat, dan disampaikan pada saat sedang dan atau segera akan dibutuhkan.
b.      Disampaikan dalam bahasa yang mudah dipahami
c.       Tidak memerlukan korbanan yang memberatkan
d.      Memberikan harapan peluang keberhasilan yang tinggi, dengan tingkat manfaat yang merangsang.
e.       Dapat diterapkan sesuai dengan kondisi (pengetahuan, ketrampilan, sumberdaya yang dimiliki/dapat diusahakan) masyarakatnya.
3)      Unsur media/saluran komunikasi
Agar pesan dapat diterima dengan jelas, maka saluran yang digunakaan harus terbebas dari gangguan. Baik gangguan teknis (jika menggunakaan media masa), ataupun gangguan sosial budaya dan psikologis (jika menggunakan media antar pribadi).
Di lain pihak, pilihan media yang akan digunakan, perlu disesuaikan dengan selera masyarakat setempat, dengan senantiasa mempertimbangkan kemampuan sumberdaya (dana, ketrampilan, dan peralatan yang tersedia).
Tentang hal ini, harus dipahami bahwa mediamasa (elektonik) yang modern, canggih dan mahal tidak selalu lebih efektif dibanding media interpersonal dan media tradisional.

PROSES PERUBAHAN DALAM KOMUNIKASI
Melalui komunikasi, proses perubahan perilaku yang menjadi tujuan penyuluhan sebenarnya dapat dilakukan melalui 4 (empat) cara, yaitu:
1)      Secara persuasive atau bujukan, yakni perubahan perilaku yang dilakukan dengan cara menggugah perasaan sasaran secara bertahap sampai dia mau mengikuti apa yang dikehendaki oleh komunikator.
2)      Secara pervasion atau pengulangan, yakni penyampaian pesan yang sama secara berulang-ulang, sampai sasarannya mau mengikuti kehendak komunikator.
3)      Secara compulsion, yaitu teknik pemaksaan tidak lang-sung dengan cara menciptakan kondisi yang membuat sasaran harus melakukan/menuruti kehendak komunikator. Misalnya, jika kita menginginkan petani menerapkan pola tanam: padi-padi, palawija di lahan yang berpengairan terjamin, dapat dilakukan dengan memutuskan jatah pengairan ke wilayah tersebut.
4)      Secara coersion, yaitu teknik pemaksaan secara langsung, dengan cara memberikan sanksi (hadiah atau hukuman) kepada mereka yang menurut/melanggar anjuran yang diberikan. Misalnya, memberikan penghargaan kepada petani pengguna pupuk organik, atau melakukan pencabutan terhadap tanaman petani yang tidak direkomendasikan.
Sehubungan dengan ini, dalam penyuluhan pertanian harus dihindari cara-cara pemaksaan, tetapi sejauh mungkin tetap melaksanakan teknik-teknik bujukan dan pengulangan yang dilakukan melalui kegiatan belajar bersama.

MENGEFEKTIFKAN KOMUNIKASI PENYULUHAN PERTANIAN
Kendala umum yang menyebabkan kegagalan komunikasi, adalah:
1)     Komunikasi yang tidak efisien, yang disebabkan karena:
a.       Tujuan komunikasi yang tidak jelas, baik menurut penyuluh maupun bagi masyarakat sasarannya, terutama jika penyuluh kurang melakukan persiapan menyuluh.
b.      Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh komunikator (gerakan-gerakan, ucapan-ucapan yang selalu dilakukan secara berulang-ulang)
2)      Salah pengertian, yang disebabkan karena:
a.       Perbedaan tujuan penyuluh yang berbeda dengan tujuan sasarannya, dan
b.      Perbedaan latar belakang: pendidikan, ekonomi, dan sosial budaya penyuluh dengan sasarannya.
Sehubungan dengan itu, Cooley (1971) memberikan acuan untuk mengefektifkan komunikasi dalam penyuluhan, yaitu dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1)        Harus diupayakan adanya kepentingan yang sama (overlaping of interest) antara kebutuhan yang dirasakan oleh penyuluh dan masyarakat sasarannya.
2)        Pesan yang disampaikan harus merupakan (salah satu) pemecahan masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakat sasarannya,
3)        Komunikator meyakini keunggulan pesan yaang disam-paikan, dan ia memiliki keyakinan bahwa masyarakat sangat mengharapkan bantuannya.
4)        Pesan yang disampaikaan harus mengacu kepada kepuasan dan perbaikan mutu hidup kedua belah pihak (terutama bagi sasarannya).
Di samping itu, Katz (Mardikanto, 1983) menekankan agar setiap penyuluh harus mampu menciptakan suasana (dalam dirinya sendiri maupun terhadap masyarakat sasarannya):
1)        Berkurangnya "ego defensif" (mepertahankan keakuan sebagai yang serba paling hebat). Sebab, di dalam penyuluhan yang pada hakekatnya merupakan suatu proses pendidikan orang dewasa, masing-masing pihak dituntut untuk mau membuka dialog dalam arti mau menerima pendapat orang lain, dan menempatkan dirinya sejajar atau bahkan berada di bawah orang lain.Tanpa adanya kesediaan untuk menerima pendapat orang lain, mustahil dialog itu dapat berlangsung dengan baik.
2)        Berkurangnya "value expresif" (mempertahankan nilai-nilai yang dianutnya secara kaku). Sebagai proses komunikasi, dialog yang berlangsung di dalam penyuluhan harus dilakukan dengan kesediaan masing-masing pihak yang berkomunikasi untuk beremphati (dalam arti mampu memahami latar belakang sosial budaya dan jalan pikiran serta sudut pandang orang lain).
3)        Berkembangnya sikap "utilitarian" mencari kebersamaan dan tumbuh berkembangnya keinginan menambah pengetahuan (knowledge). Artinya, selama proses penyuluhan, di samping mengembangkan sikap kebersamaan (sederajat, saling membutuhkan, saling berbagi pengalaman) juga masing-masing pihak harus mengembangkan sikap untuk selalu ingin belajar atau menambah pengetahuannya dari pihak lain.

HAL YANG HARUS DIMILIKI OLEH SEORANG PENYULUH
Penyuluh sebagai komunikator dalam sebuah penyuluhan adalah orang yang tugasnya menyampaikan pesan, apakah itu pesan pembangunan dalam artian yang lebih umum ataupun pesan yang sifatnya pribadi untuk mengubah perilaku petani. Tugas komunikator adalah berkomunikasi kepada komunikan. Yuhana, dkk. (2008) menyatakan terdapat paling tidak empat factor yang ada pada sumber yang dapat meningkatkan ketepatan komunikasi, yaitu: keterampilan berkomunikasi, sikap mental, tingkat pengetahuan, dan posisi dalam system social budaya.
Keterampilan berkomunikasi merupakan salah satu factor yang melekat pada diri seorang penyuluh. Dalam komunikasi verbal diperlukan keterampilan berbicara dan menulis, mendengarkan dan membaca, dan berpikir serta bernalar. Komunikator yang berbicara dengan baik akan sangat menarik perhatian komunikan. Komunikator juga harus mampu menulis dan membaca dengan baik, misalnya saat menyampaikan pesan dengan metode mengajar. Kemampuan dalam berpikir dan bernalar juga merupakan kemampuan yang harus dimiliki seorang komunikator dalam penyampaian pesannya. Keterampilan berkomunikasi yang dimiliki oleh seorang penyuluh sangat mempengaruhi penampilannya ketika sedang mengadakan komunikasi. Soekartawi (2008) menyatakan bahwa sering dijumpai bahwa penampilan komunikator ditentukan oleh kredibilitas yang mereka miliki. Seseorang yang mempunyai gelar di bidang pertanian sering diasumsikan mempunyai kredibilitas yang tinggi dalam prioritas pekerjaan melakukan komunikasi. Di lain pihak orang yang berpengalaman juga mempengaruhi kredibilitas dalam sebuah komunikasi. Misalnya, petugas penyuluh yang sudah berpengalaman bekerja sebagai penyuluh akan lebih dipercayai sebagai penyuluh yang handal dibanding dengan orang yang nelum pernah  melaksanakan penyuluhan atau orang yang baru pertama sekali melaksanakan penyuluhan. Soekarwati (2008) juga menyatakan dalam praktek komunikasi, komunikator yang mempunyai kredibilitas tinggi dalam melakukan komunikasi pertanian sering ditentukan oleh berbagai factor, antara lain:
  1. Latar belakang pendidikan, pengetahuan dan pengalaman.
  2. Karakter yang dipunyai.
  3. Cinta dan bangga akan pekerjaan melakukan komunikasi yang diikuti ketekunan dalam melakukan pekerjaannya.
  4. Kepribadian yang ia miliki
  5. Tujuan melakukan komunikasi.
  6. Cara penyampaian. Penyampaian informasi dengan peraga, atau menggunakan gerak tangan atau alat lain sehingga mampu memikat pendengarnya.
Seorang penyuluh agar memiliki kredibilitas saat melaksanakan penyuluhan harus memiliki latar belakang pendidikan di bidang penyuluhan, memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang penyuluhan. Penyuluh juga harus memiliki karakter yang rela menyuluh, cinta dan bangga akan penyuluhan, memiliki kepribadian yang empatis, memiliki tujuan dan memiliki cara penyampaian yang menarik.
Sikap mental akan mempengaruhi komunikan dalam berkomunikasi. Sikap mental berhubungan dengan rasa percaya diri. Dalam membentuk sikap mental yang baik dalam berkomunikasi seorang  komunikator harus percaya diri. Selain percaya diri, komunikator juga harus menguasai pesan yang akan disampaikan, sehingga komunikator benar-benar siap dalam melakukan penyuluhan. Sikap mental yang baik dapat  dibentuk dari latihan berbicara di depan umum dengan latihan di depan cermin.
Tingkat pengetahuan, meliputi pengetahuan penyuluh mengenai materi atau isi komunikasi, ciri-ciri penerima, cara-cara berkomunikasi. Pengetahuan tentang materi menentukan ketepatan komunikasi. Mosher dalam Machmud (2006) menyatakan penyuluh pertanian harus menguasai lima pengertian yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyuluhan. Kelima pengertian tersebut adalah pengertian tentang produksi tanaman dan ternak, pengertian usaha tani sebagai perusahaan, pengertina tentang pembangunan pertanian, pengertian tentang petani dan bagaimana mereka belajar, dan pengertian tentang masyarakat pedesaan. Dengan menguasai kelima kemampuan ini diharapkan penyuluh telah memiliki tingkat pengetahuan yang baik dalam pelaksanaan penyuluhan.
Posisi dalam system social budaya mempengaruhi ketepatan komunikasi. Penyuluh memiliki posisi berbeda dalam system social masyarakat karena berasal dari luar system masyarakat. Penyuluh harus dapat membedakan konteks komunikasi yang berbeda, komunikasi yang dilakukan di kalangan petani yang memiliki strata yang berbeda dalam masyarakat akan memiliki perbedaan dalam hal pilihan kata-kata, saluran dan jenis pesan yang ingin digunakan dalam komunikasi. Bisa dipastikan bahwa penyuluhan yang dilakukan pada konteks strata social yang tinggi yang dalam masyarakat biasanya akan lebih formal dibanding dengan melakukan penyuluhan dengan strata social yang lebih rendah. Seorang penyuluh harus dapat memahami konteks strata sosial penyuluhan sehingga mampu melakukan pendekatan penyuluhan yang paling tepat.

HAL YANG HARUS DIMILIKI OLEH SUBJEK PENYULUHAN (KOMUNIKAN)
Peran komunikan dalam komunikasi adalah sebagai penerima pesan. Dalam penyuluhan, komunikan adalah petani. Yuhana dkk. (2008) menyatakan terdapat paling tidak empat factor yang mempengaruhi keefektifan komunikasi. Keempat factor itu adalah keterampilan berkomunkasi, sikap, tingkat pengetahuan, dan system social budaya komunikan.
Keterampilan berkomunikasi yang perlu dikuasai oleh penerima adalah keterampilan mendengarkan dan membaca, berbicara dan menulis, berpikir dan bernalar. Subjek penyuluhan dalam hal ini petani biasanya tidak mengerti akan hal  yang harus dimiliki seorang komunikan ini dalam sebuah penyuluhan karena keterbatasan pendidikan formal. Kebanyakan dari petani belajar secara autodidakdi dalam lingkungan. Keterampilan berbicara biasanya diajarkan oleh orang tua kepada anak-anaknya ataupun melalui budaya yang ada di dalam budayanya yang mengajarkan bagaimana cara mendengarkan dan berbicara yang baik. Kemampuan membaca dan menulis petani juga biasanya terbatas belajar sendiri, sehingga kemampuan mereka tidak sampai kepada peraturan formal yang sempurna tentang membaca dan menulis. Dari keadaan ini peran komunikator sangat besar dalam mengubah perilaku mendengarkan, berbicara yang terstruktur, membaca dan menulis, serta berpikir dan benalar yang logis dalam pelaksanaan pertanian ataupun saat berkomunikasi tentang pertanian.
Seperti halnya pada sumber, maka sikap terhadap diri sendiri, terhadap sumber, dan terhadap materi atau isi komunikasi juga mempengaruhi ke-efektifan komunikasi. Dalam hal ini, bagaimana komunikan menerjemahkan pesan yang disampaikan oleh komunikator ditentukan oleh sikapnya terhadap diri sendiri, terhadap sumber dan sikap terhadap isi pesan. Komunikan sebagai penerima pesan harus memiliki sikap yang positif dalam menilai kemampuan diri sendiri, menerima secara jujur ketidakmengertian apabila pesan yang diterimanya kurang jelas atau tidak dimengerti sama sekali dan mengkomunikasikan keadaan mereka kepada komunikator, sehingga tidak menghasilkan kesalahan dalam menangkap pesan penyuluhan dengan baik. Kejujuran ini perlu diwujudkan dengan melontarkan pertanyaan pertanyaan sesuai dengan hal yang kurang dimengerti. Sikap terbaik yang terlihat dalam proses komunikasi yang menjadi salah satu indikasi kesamaan makna antara komunikator dan komunikan. Dengan timbulnya kesadaran partisipasi dalam komunikasi dan tidak hanya sebagai pendengar yang pasif, tetapi menjadi pendengar yang aktif dalam sebuah komunikasi.
Peran komunikan dalam penyuluhan sebagai pendengar sangat besar. Peran komunikan ini terkait dengan perannya sebagai penerima pesan. Komunikan harus mampu menjadi pendengar yang baik sehingga dapat memiliki makna yang dimaksud oleh komunikator yang dapat menghasilkan komunikasi yang efektif. Beberapa petunjuk untuk meningkatkan kemampuan mendengar (Nisbet, 1988 dalam Tubbs dan Moss, 1996):
  1. Menyediakan waktu
  2. Jangan keasikan dengan diri sendiri
  3. Bersiap untuk mendengarkan
  4. Bersabar
  5. Memperhatikan dengan baik
  6. Jangan bereaksi berlebihan terhadap pesan
  7. Focus pada isi pesan
  8. Jangan berpura-pura mendengarkan
Petunjuk ini tidak dimiliki sepenuhnya oleh petani, sehingga penyuluh berperan menyadarkan petani dengan mengajarkan petunjuk ini kepada petani, agar tercipta keadaan komunikan yang sangat mendukung terciptanya komunikasi yang efektif. Petunjuk ini juga harus dimiliki oleh seorang penyuluh untuk ke-efektifan mendengarkan. Namun, tidak semua petani tidak memiliki kemampuan mendengar yang baik, maka penyuluh harus mampu memetakan kemampuan subjek penyuluhan agar dapat menentukan kemampuan yang belum dimiliki komunikan dalam berkomunikasi yang baik.
Tingkat pengetahuan komunikan juga hal yang sangat mempengaruhi ke-efektifan komunikasi dari factor komunikan. Dalam hal ini pengetahuan yang harus dimiliki oleh komunikan adalah tentang sumber komunikasi, bahasa yang digunakan dalam komunikasi, tulisan, isyarat yang dipergunakan komunikator dan pengetahuan dasar yang menyangkut materi penyuluhan. Semakin tinggi pengetahuan tentang materi atau isi pesan yang ditransaksikan dalam sebuah penyuluhan akan semakin tinggi ke-efektifan sebuah komunikasi penyuluhan. Dalam mendukung komunikasi efektif sebaiknya penyuluhan dimulai dari hal-hal yang diketahui oleh komunikan.
Semua factor di atas berpengaruh dengan mempertimbangkan hubungan antara sumber dengan penerima ini dalam kaitannya dengan keadaan system social budaya di mana komunikasi sedang berlangsung. Status sosial komunikan, keanggotaannya dalam kelompok, dan aturan berperilaku mempengaruhi cara komunikan menerima dan menginterpretasikan pesan yang diterimanya. Komunikan juga harus mengetahui budaya komunikator, sehingga antara komunikator dan komunikan saling menyesuaikan diri, maka komunikasi yang partisipatif dapat tercipta.

PENGOLAHAN PESAN
Pesan dalam penyuluhan pertanian adalah semua informasi yang bertujuan untuk membantu petani dalam memperbaiki metode dan teknik pertaniannya, guna meningkatkan efisiensi produksi dan pendapatan mereka, memperbaiki meningkatkan tingkat kehidupan dan meningkatkan tingkat pendidikan dan social masyarakat desa pada umumnya. “Ada beberapa factor pesan yang mempengaruhi sebuah komunikasi yang efektif, meliputi kode pesan, isi pesan, dan perlakuan terhadap pesan” (Yuhana, dkk. 2008).
“Kode pesan adalah setiap kelompok symbol yang berstruktur dan bermakna bagi sejumlah orang. Contohnya adalah bahasa” (Yuhana dkk. 2008). Symbol ini dipertukarkan dalam penyuluhan. Tidak adanya kesamaan makna pengunaan simbol dalam penyuluhan akan menimbulkan masalah yang berakhir pada tidak efektifnya komunikasi. Sebagai penyuluh yang memiliki peran sebagai pemberi informasi dalam bentuk symbol-simbol, sebaiknya menggunakan symbol-simbol yang memiliki makna yang sama dengan subjek penyuluhan. Pengetahuan akan symbol-simbol yang sering digunakan oleh petani akan sangat membantu penyuluh dalam menyampaikan pesan penyuluhan. Dengan kata lain penyuluhan dengan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti petani akan sangat membantu petani dapam menangkap pesan penyuluhan. Cara yang lain adalah dengan menggunakan sumber daya local untuk menjelaskan suatu hal atau dengan menggunakan ilustrasi yang mudah dipahami petani.
Isi pesan adalah bahan yang telah dipilih oleh penyuluh untuk mengekspresikan tujuan penyuluhan. Isi pesan berupa informasi tentang penyuluhan. Dalam penyuluhan, pesan yang cenderung mereka terima dalam penyuluhan adalah pesan yang berdasarkan kebutuhan mereka. Menurut Soekartawi (1988) isi pesan dalam komunikasi pertanian dapat berupa informasi tentang:
  1. Bagaimana meningkatkan produksi pertanian
  2. Bagaimana memlihara lahan agar lahan terhindar dari erosi dan tetap subur
  3. Bagaimana perlakuan pascapanen yang baik
  4. Bagaimana adopsi teknologi yang baru harus dilakukan
  5. Bagaimana melaksanakan kerjasama kelompok
  6. Bagaimana meningkatkan pendapatan rumah tangga petani
  7. Bagaimana berpartisipasi dalam kegiatan pedesaan, dan sebagainya.
Hal-hal tersebut di atas adalah isi pesan yang lazimnya disampaikan oleh seorang penyuluh.  Dengan mengadakan pertukaran pesan yang meliputi informasi seperti yang disebutkan di atas, dapat meningkatkan kesejahteraan petani dengan memahami kebutuhan mereka yang sebenarnya yang dapat meningkatkan motivasi mereka untuk menerima apa yang diajarkan oleh penyuluh.
Perlakuan terhadap pesan adalah keputusan yang diambil oleh penyuluh dalam memilih dan menyusun kode  dan isi pesan. Soekartiwi (1988) menyatakan hal perlu diingat dalam komunikasi adalah bahwa keberhasilan suatu komunikasi akan terjadi kalau ada pertisipasi antara kedua belah pihak, komunikator dan komunikan. Komunikator harus meningkatkan kemampuan dalam memberlakukan pesan se-kreatif mungkin tanpa menghilangkan atau mengurangi makna yang dimaksud agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh komunikan dan memiliki makna yang sama dengan yang dimaksud oleh komunikator sehingga subjek penyuluhan menerapkannya dalam kehidupannya.

SALURAN KOMUNIKASI DALAM PENYULUHAN
Saluran komununikasi dalam penyuluhan pertanian diartikan sebagai media yang digunakan untuk meneruskan pesan dari penyuluh kepada petani sebagai subjek penyuluhan. Dalam komunikasi tatap muka, indera penglihatan, pendengaran, dan perabaan adalah tiga indera yang paling sering menerima rangsangan atau pesan penyuluhan.
Rogers dan Shoemaker dalam Machmud menyatakan bahwa saluran interpersonal memungkinkan terjadinya komunikasi efektif …. Hal ini dimungkinkan oleh dua alasan utama. Pertama, komunikasi interpersonal memberikan pertukaran komunikasi dua arah, di mana individu atau partisipan komunikasi dapat menjamin adanya kejelasan atau bisa memberikan tambahan informasi tentang inovasi dari orang lainnya secara langsung melalui suatu jaringan komunikasi. Kedua, komunikasi interpersonal mampu membujuk individu untuk membentuk atau merubah sikap secara kuat, khususnya sikap positif dan mau mengadopsi inovasi. Saluran komunikasi ini adalah saluran komunikasi tatap muka yang dapat meningkatkan umpan balik yang sangat mendukung dalam penciptaan komunikasi partisipatif. Dalam komunikasi penyuluhan saluran yang lazim digunakan adalah saluran tatap muka yang sangat mendukung terjadinya komunikasi penyuluhan yang efektif.
Komunikasi tatap muka merupakan komunikasi bersaluran banyak. Dalam waktu yang bersamaan, penyuluh mengolah informasi penyuluhan dengan sejumlah saluran yang berbeda. Secara umum, semakin banyak saluran yang digunakan dalam komunikasi, semakin banyak jumlah rangsangan komunikasi yang disampaikan. Semakin banyaknya rangsangan komunikasi, makna pesan yang ingin disampaikan oleh penyuluh akan semakin sama dengan yang di-interpretasikan oleh subjek penyuluhan. Seorang penyuluh juga perlu mempertimbangakan tipe pendekatan sebagai saluran komunikasi yang dilakukan dengan jenis metode penyuluhan yang sangat mempengaruhi ke-efektifan penyampaian pesan penyuluhan.
Table 1. hubungan Tipe Pendekatan (saluran komunikasi) dengan Jenis Metode Penyuluhan
Tipe pendekatan
Jenis metode penyuluhan
Per-orangan
Demonstrasi (demonstrasi hasil, demonstrasi cara, demplot, demonstrasi area)
Per-orangan dan kelompok
Ceramah umum, diskusi, informasi dari surat kabar, siaran radio dan TV, pameran, karyawisata, widyawisata, dan demonstrasi.
Massal
Informasi dari surat kabar, majalah,poster, leaflet siaran radio dan TV
Massal dan kelompok
Ceramah umum, diskusi, informasi dari kelompok, majalah, poster, leaflet, siaran radio dan TV, pameran dan widyawisata.
Sumber: Machmud SM. 2006




DAFTAR PUSTAKA
Machmud SM. 2006. Penyuluhan Pertanian: Bahan Ajar Kuliah Ilmu penyuluhan. IPB.
Mardikanto, Totok. 1992. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Universitas Indonesia: UI Press.
Tubs,Steward L dan Sylvia Moss. 1996. Human communication. Prinsip-Prinsip Dasar. Terjemahan oleh Dedy Mulyana dan Gembirasari. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Turindra, Azis. 2011. Proses Komunikasi Dalam Penyuluhan.  file:///D:/proses-komunikasi-dalam-penyuluhan.html
Yogasuria, Ermina. 2010. Komunikasi Dalam Penyuluhan Pertanian.file:///D:/komunikasii%20dlm%20penyuluhan%20pert.htm
Yuhana Ida, dkk. 2008. Dasar-Dasar Komunikasi: Bahan kuliah. IPB.